Jakarta – Wakil Ketua Komisi VIII DPR RI Ace Hasan Syadzily memuji sikap toleransi di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT). Buktinya tidak ada konflik antar umat beragama di provinsi tersebut. Hal itu diungkapkan Ace Hasan Syadzily saat mengunjungi Seminari St Yohanes Paulus II, Labuan Bajo, Manggarai Barat, beberapa waktu lalu.
“Alhamdulillah perlu kita apresiasi di NTT tidak ada konflik antar umat beragama. Karena itu harus kita pelihara dan kita pupuk rasa toleransi karena inilah modal kita men jadi bangsa Indonesia,” kata politisi Partai Golkar itu sebagaimana dikutip dari dpr.go.id, Selasa (21/2).
Lebih jauh, dia mengapresiasi kontribusi Pendidikan Sekolah Keagamaan Katolik (Seminari) dalam kemerdekaan RI. Pasalnya, tidak sedikit tokoh nasional yang menempuh pendidikan di seminari di NTT.
“Kita tahu Seminari dan Katolik di Indonesia memberikan kontribusi besar bagi kemerdekaan Indonesia. Banyak tokoh nasional yang memberikan satu kontribusi yang kuat bagi NKRI,” ujar Ace.
Pendidikan seminari, kata dia, juga kontribusi besar bagi pembangunan karakter besar bagi pembangunan karakter bangsa, terutama dalam kehidupan sosial dan ekonomi.
Dia mencontohkan, peran seminari dan para imam Katolik pada masa kemerdekaan ketika Presiden Bung Karno dibuang ke Ende.
“Salah satunya, misalnya, Presiden Soekarno dulu pernah dibuang ke Ende. Bersama para Romo, dia banyak menulis tentang keharusan kita memperkuat negara yang kita cintai ini,” ceritanya.
Dia meneruskan, “Karena itu, setelah enam tahun diperjuangkan, Seminari menjadi bagian dari Kemenag, karena sebelumnya berada di bawah Kemendikbudristek. Karena kami meyakini agama merupakan nilai kebajikan yang pasti akan mennuntun bangs aini kepada pembinaan karakter pembinaan akhlak.”