Irak – kelompok teroris internasional ISIS menilai kemenangan Trump sebagai petaka untuk warga Amerika sendiri. Menurut mereka, naiknya Trump sebagai presiden negeri adi kuasa itu merupakan upaya gali kubur untuk para warganya. Ini dikatakan oleh Abu Omar Khorasani, salah seorang komandan ISIS di Afghanistan mengatakan kepada Reuters sebagaimana dikutip dari dw.com, Selasa (15/11/16).
“Pemimpin kami mengamati jalannya pemilu kepresidenan AS. Tapi kami tidak menyangka penduduk Amerika akan menggali kuburannya sendiri seperti yang telah mereka lakukan pada pilpres ini,” ungkapnya. Ia pun juga menyebut Barrack Obama sebagai seorang ‘kafir moderat’ yang lebih punya otak dibanding Trump.
Bagi pemerintah Irak, seperti disampaikan oleh Hisham al-Hasemi, penasehat pemerintah Irak untuk terorisme Sunni, kelompok teroris akan makin gencar menggunakan ungkapan-ungkapan kebencian Trump kepada Islam untuk membakar amarah simpatisannya. Dan ini bukan hal baru, menurutnya, kelompok seperti Al Qaida juga sering mengutip pernyataan-pernyataan sentimentil dari gedung putih untuk tujuan merekrut pejuang baru.
Ungkapan-ungkapan penuh kebencian yang dilontarkan Trump memang sudah terlanjur banyak, sehinggga, jika pun Trum melunak, ungakapan-ungkapan yang pernah ia lontarkan selama kampanye dipandang sudah cukup untuk membakar emosi para militan.
“Kunci utama pada Islamic State dan al-Qaida adalah meyakinkan kaum muslim bahwa barat membenci mereka dan tidak akan pernah menerima mereka masuk dalam masyarakatnya,” ungkap Hisham al-Hasemi.
Statemen di atas diperkuat dengan pernyataan salah seorang komandan Taliban di Afghanistan yang menyatakan bahwa pihaknya telah mencatat semua ungkapan kebencian yang pernah dilontarkan Trump. “Jika dia menepati janji kampanyenya terkait Islam, maka hal itu akan memprovokasi kaum muslim di seluruh dunia dan organisasi jihad bisa memanfaatkan momentum tersebut.”