Bogor – Klaim kelompok ISIS terhadap serangan bom di kota London, Inggris beberapa waktu yang lalu menuai beragam reaksi. Para ahli dan peneliti menanggapi klaim ini sebagai upaya ISIS untuk menutupi kekalahan yang mereka alami di Irak dan Suriah. Anggapan ini diperkuat dengan tidak adanya bukti keterkaitan pelaku bom dengan kelompok ISIS, termasuk perintah untuk melakukan teror.
Pelaku serangan bom di London, Khaled Masood (52) sempat diklaim sebagai tentara ISIS oleh kelompok teroris internasional yang kini berada di ambang kehancuran itu. Propaganda ini pun disebarkan ISIS hanya berselang sehari pasca aksi teror yang menewaskan tiga orang dan melukai sedikitnya 40 orang tersebut.
Menanggapi klaim ISIS, Jean-Marc Rickli, peneliti di King’s College London dan the Geneva Centre for Security Policy memiliki pendapat yang sedikit berbeda. Dikutip dari Independent.co.uk, Jumat (24/03/17) ia menyebut kelompok rekrutmen dari ISIS mungkin saja sudah pernah berhubungan dengan Masood secara online, namun hal ini tidak bermakna bahwa ia bisa langsung disebut sebagai anggota ISIS.
“Jika milisi ISIS tidak memberi perintah langsung untuk melakukan serangan, maka diperlukan pemeriksaan lebih lanjut dan background check untuk mengetahui apakah yang bersangkutan pernah melakukan kontak dengan anggota kelompok ISIS atau tidak,” ungkapnya.
Meski begitu, Dr. Rickli mengakui bahwa ISIS menunggangi kejadian di London untuk menaikkan image mereka sambil terus berusaha membangun wacana bahwa kelompok mereka masih perkasa.