Kabul – Setahun lalu, Mirwais dan Rehana seharusnya adalah orang yang paling berbahagia. Sebab, mereka melangsungkan pesta pernikahan di Kabul, Afghanistan.
Namun, kebahagiaan itu sirna setelah pesta mereka jadi target bom bunuh diri kelompok radikal ISIS. Serangan itu menewaskan lebih dari 60 tamu pernikahan, di mana mereka kehilangan keluarga dekat dan teman, membuat mental mereka terganggu.
Tepat pada Senin ini (17/8/2020), pasangan ini mengenang satu tahun insiden mengerikan itu, dengan Rehana untuk pertama kalinya berbicara di hadapan publik.
“Setiap malam saya bermimpi buruk. Saya langsung menangis dan setelah itu tidak bisa tidur,” ungkap Rehana, Sebagaimana dikutip BBC, Selasa (18/8).
Dia menuturkan kini setiap keluar rumah, kerumunan orang selalu membuatnya gelisah. Bahkan ketika dia berada di dalam mobil. Selain itu jika mendengar suara ledakan atau baku tembak, dia mengaku serasa kembali ke setahun sebelumnya, seakan dia kembali diserang.
Relatif dari korban tewas serangan bom bunuh diri ISIS itu menyiratkan ide menggelar aksi protes di gedung resepsi pernikahan sebagai bentuk peringatan. Namun Mirwais mengatakan, dia tidak akan hadir. Dia mengaku memikirkan insiden pada 2019 itu saja sudah membuat tangannya gemetar.
“Sebelum pernikahan, kami sangatlah bahagia. Namun sekarang,kami serasa jatuh dari langit ke bumu. Kami kehilangan kebahagiaan,” kata dia.
Momen bahagia pasangan itu menjadi target karena mereka berasal dari minoritas Syiah Afghanistan, kelompok yang dianggap sesat oleh ISIS. Bagi Mirwais dan Rehana, perasaan tertekan mereka makin bertambah setelah sebagian kerabat dan teman menyebut mereka bertanggung jawab.
“Suatu hari saya tengah berbelanja dan bertemu perempuan yang kehilangan keluarganya hari itu. Dia menyebutku pembunuh,” ratapnya.
Sejumlah keluarga korban serangan tersebut mulai menganggap pasangan itu “musuh” mereka, dan membuat Mirwais, seorang penjahit, terpaksa menutup tokonya.
Sementara Rehana sempat mendapatkan ucapan jika saja dia tak menikah dengan Mirwais, maka serangan dari kelompok terrois itu tak perlu terjadi.
“Setiap orang menyalahkan saya atas apa yang terjadi. Saya hanya diam dan tak mengatakan apa pun,” ucapnya dengan suara lembut.