Semarang – Indonesia resmi memiliki pemimpin baru, Presiden H. Prabowo Subianto dan Wakil Presiden (Wapres) Gibran Rakabuming Raka. Pun juga jajaran kabinet Merah Putih juga telah diumumkan oleh Presiden Prabowo Subianto yang waktunya bertepatan dengan Peringatan Hari Santri Nasional 2024, 22 Oktober 2024.
Menyambut pemerintahan baru dan Hari Santri Nasional, Guru Besar Universitas Islam Negeri (UIN) Walisongo, Prof. Dr. Syamsul Ma’arif, M.Ag., menjelaskan pentingnya peranan santri dalam mendukung program Pemerintah Indonesia. Menurutnya, santri tidak hanya piawai dalam persoalan agama, namun juga mampu mendudukkannya dalam bingkai kemajemukan Indonesia, yakni Bhinneka Tunggal Ika.
“Saya rasa para santri sangat merepresentasikan kemampuan Indonesia dalam mengelola perbedaan untuk menuju masa depan yang lebih baik, demokratis, harmonis, dan toleran. Para santri selama ini sudah teruji dari perspektif sejarah, ideologi dan keyakinannya. Kaum santri di Indonesia memiliki dua amanah, yaitu diniyah dan wathaniyah,” jelas Prof. Syamsul di Semarang, Rabu (23/10/2024).
Amanah diniyah, terangnya, memiliki makna bahwa seorang santri haruslah berpegang teguh pada prinsip keagamaannya sesuai dengan yang dibekali dari pesantren. Sedangkan wathaniyah berarti santri harus memahami kerangka berpikir dan tujuan pendirian negara Indonesia yang mewadahi berbagai suku, agama, dan golongan.
Ketua FKPT Jawa Tengah periode 2022-2025 menambahkan bahwa pemahaman santri akan urusan kenegaraan tidak perlu diragukan, terbukti dengan adanya beberapa santri yang dipercaya menjabat banyak posisi penting, bahkan hingga tingkat kementerian.
“Wajar manakala para santri itu diapresiasi dan diberi kepercayaan penuh. Selain memberi semangat baru, penempatan santri pada banyak posisi penting secara tidak langsung adalah bentuk pengakuan terhadap eksistensi mereka. Harapannya, santri tidak lagi dipandang semata-mata mengurusi formalistik keagamaan, tetapi mereka memiliki peran dan tanggung jawab hampir di segala bidang, demi membangun kemanusiaan dan peradaban,” imbuh Prof. Syamsul.
Selain itu, Ketua Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama (ISNU) Kota Semarang ini juga mengulas beberapa kelebihan yang dimiliki oleh kaum santri, diantaranya adalah kemampuan berdialektika namun tetap menjaga kesantunan dan persahabatan.
Andaikata ada perbedaan pendapat atau bahkan perdebatan, para santri tetap mudah untuk merangkul dan menjalin silaturahmi, sehingga kehidupan demokrasi di Indonesia menjadi lebih sejuk dengan cita rasa Islam yang dibawa oleh para santri.
Membahas pula kabinet baru yang telah dibentuk, Prof. Syamsul Maarif juga menyoroti pentingnya proses rekrutmen yang merepresentasikan kemajemukan berbagai suku, agama, dan golongan di Indonesia. Hal ini dilakukan dengan tetap memperhatikan prinsip meritokrasi atau mengedepankan kemampuan dari masing-masing pejabat yang ditunjuk.
“Upaya pembentukan pemerintahan yang majemuk namun tetap kompeten, akan menggambarkan betapa pentingnya keberhasilan pemerintah untuk rakyat Indonesia yang beragam ini. Saya berharap agar susunan kabinet saat ini mampu menguatkan solidaritas dan persaudaraan rakyatnya dengan lebih baik,” tambah Prof. Syamsul.
Perlu diakui bahwa bukan pekerjaan mudah untuk menjalankan roda pemerintahan Indonesia yang mewadahi begitu banyak keragaman, mulai dari wilayah hingga penduduknya. Walaupun demikian,Prof. Syamsul optimis transisi dan jalannya pemerintahan saat ini bisa lebih menyejahterakan rakyat Indonesia.
Prof. Syamsul pun berharap agar kaum santri lebih dilibatkan dalam partisipasi membangun negeri. Santri yang biasa disebut sebagai “kaum sarungan” ini sejatinya menawarkan perspektif alternatif dalam berpartisipasi dalam kancah perpolitikan di Indonesia, di samping adanya spektrum liberal dan sekuler. Melalui para santri, Indonesia akan dapat mewujudkan kehidupan berbangsa dan bernegara yang lebih bermartabat, demokratis, religius, dan harmonis.
“Santri sudah saatnya menjadi pemimpin-pemimpin dan role model di tengah masyarakat Indonesia. Selain berkontribusi, juga akan bisa mewarnai berbagai kebijakan dan arah pembangunan negara kita. Sumbangsih para santri dalam mencapai proses demokrasi yang lebih matang akan menghasilkan kondisi masyarakat yang madani,” pungkas Prof. Syamsul.