Kids Zaman Now Bisa Jadi Pelaku Persatuan Bangsa

Jakarta – Pengamat Militer dan Intelijen, Susaningtyas Kertopati mengatakan, pada era keterbukaan dan digital saat ini, Indonesia harus dapat menangkap perkembangan dan perubahan karakter bangsa. Selain itu, kemampuan deteksi dini dan cegah tangkal pun harus dimiliki masyarakat, utamanya generasi muda yang populer dengan generasi milenial dalam hadapi budaya asing yang berlawanan dengan Pancasila.

Dikatakan, Hari Pahlawan yang selalu diperingati setiap 10 November, harus dimaknai sesuai dengan perkembangan zaman, agar dapat membangkitkan rasa cinta Tanah Air secara lebih mendalam. Sangat disayangka jika kemampuan generasi muda yang begitu maju dalam mengikuti kemajuan tegnologi tak disertai dengan pengetahuan yang mumpuni terkait wawasan kebangsaan dan Pancasila.

“Generasi muda yang saat ini populer dengan sebutan ‘Kids Zaman Now’, seharusnya tidak hanya mudah menerima ideologi/budaya dari luar negeri yang tidak sesuai dengan Pancasila dan budaya kita. ‘Kids Zaman Now’ harus bisa menjadi pemangku serta pelaku persatuan kesatuan bangsa yang piawai menjaga kedaulatan NKRI,” kata Susaningtyas Kertopati kepada wartawan di Jakarta, Jumat (10/11/2017).

Di samping itu, dia juga menyebutkan bahwa ‘Kids Zaman Now’ harus mendapat pendidikan dan pemahaman yang utuh dari sekolah dan orangtuanya terkait cinta Tanah Air, wawasan kebangsaan, serta kewaspadaan akan ajaran-ajaran dan terorisme. Oleh karenanya para pemangku kepentingan dan tokoh masyarakat, agama, politik termasuk tokoh pemuda harus serentak mengamankan Kedaulatan NKRI di segala lini dan aspek kehidupan berbangsa.

Nuning, sapaan Susaningtyas Kertopati menambahkan, memantau situs internet yang punya konten ektrimis adalah suatu keniscayaan. Karena anak muda Indonesia saat ini tak lepas dari gawai. Hal ini bisa digunakan sebagai alat untuk mengajak anak muda menjaga kebhineka tunggal ikaan bangsa dan negara Indonesia. Apalagi perkembangan media sosial sudah berbeda dengan 5 tahun yang lalu.

“Saat ini suatu keadaan di mana daya tarik emosional lebih berpengaruh dalam membentuk opini publik daripada fakta yang objektif. Hal ini sangat rentan bagi munculnya disintegrasi bangsa bila tidak dijaga. Dialog antar generasi dalam bahasan-bahasan wawasan nusantara yang kekinian penting dilaksanakan oleh lembaga negara dan Kementerian negara,” jelasnya.

“Harus ada terobosan saluran komunikasi yang mengedepankan Interoperabilitas sangat penting sehingga lebih koordinatif dan terintegrasi untuk menjaga keutuhan berbangsa dan bernegara,” pungkas.