Damaskus – Pasukan Demokratik Suriah (SDF) terpaksa menghentikan serangan yang dilancarkan ke wilayah terakhir ISIS, setelah kelompok teroris itu menggunakan warga sipil sebagai perisai manusia.
Pertahanan terakhir ISIS kini tersisa di dusun gurun Baghouz yang sebagian besar telah dikuasai SDF, dengan kedua wilayah hanya dipisahkan bukit kecil.
“Sejak kami sampai di titik ini hampir enam hari lalu, kami belum dapat bergerak maju,” kata salah seorang anggota SDF, Mohammed Ibrahim Mohammed, seperti dikutip AFP, Selasa (5/2/2019).
“Pertempuran telah berhenti ketika kami menunggu seluruh warga sipil yang tersisa pergi,” ujar pemuda 22 tahun yang baru bergabung dengan SDF sekitar lima bulan lalu itu.
Pasukan SDF berjaga hanya berjarak beberapa puluh meter dari wilayah terakhir ISIS. Sesekali, Mohammed melihat kendaraan yang dikemudikan anggota ISIS dengan dikelilingi para wanita yang mengenakan jubah hitam panjang.
SDF memasuki kawasan Baghouz sejak dua pekan lalu dan kini sebagian besar waktu mereka habiskan dengan mengawasi rumah-rumah dan bangunan milik ISIS.
Dikatakan, sejak SDF dengan dukungan serangan udara dari koalisi pimpinan AS meningkatkan tindakan ofensif dalam beberapa pekan terakhir, ribuan warga sipil telah meninggalkan wilayah kantong terakhir ISIS.
Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia menyebutkan, ada lebih dari 36.000 orang, kebanyakan wanita dan anak-anak dari keluarga milisi, telah melarikan diri melalui koridor kemanusiaan yang dibuka SDF.
Dari ribuan orang tersebut, diketahui ada sekitar 3.100 anggota kelompok militan yang ikut melarikan diri.
Tapi kini jumlah warga sipil yang keluar dari wilayah ISIS semakin berkurang setiap harinya.
Sementara laporan menyebutkan masih banyak warga sipil dan pejuang asing yang berada di wilayah ISIS yang telah dikepung.
Juru bicara SDF untuk wilayah Deir Ezzor, Adnan Afrin mengatakan, serangan untuk sementara telah dihentikan demi melindungi warga sipil.
“Para anggota militan telah menggunakan warga sipil sebagai perisai manusia untuk menghalangi serangan kami,” ujarnya kepada AFP.
ISIS memaksa perempuan dan anak-anak, termasuk anggota keluarga para milisi, untuk tetap berada di dekat medan pertempuran. “Mereka menempatkan warga sipil di garis depan,” kata Afrin.
Menurutnya, ISIS telah menunjukkan pola menjebak warga sipil di tengah-tengah anggota untuk memperlambat serangan, setelah kekuatan kelompok itu mulai melemah.
Dan ketika kelompok itu mundur, mereka meninggalkan ladang ranjau pasukan sekaligus mencegah warga sipil melarikan diri.
“Untuk membantu melindungi mereka yang tetap terpojok, SDF telah mendorong untuk dibukanya koridor aman yang baru agar dapat membantu warga sipil melarikan diri sebelum pasukan koalisi didukung AS melakukan serangan terakhir,” kata Afrin.
Para pemimpin SDF tidak mampu memprediksi kapan pertempuran melawan kelompok militan akan selesai, namun mereka meyakini pertempuran hanya dapat diakhiri dengan jalan militer. (