KH Said Aqil Siradj: Radikalisme Mengancam Keutuhan Berbangsa dan Bernegara

Gresik – Islam tidak mengenal ideologi kekerasan, terlebih kekerasan yang dilandaskan pada agama. Islam sejatinya merupakan agama perdamaian yang menjadi rahmat bagi semesta alam. Namun, akhir-akhir ini banyak kelompok atau orang yang menyebarkan paham-paham kekerasan dan radikalisme dengan menjustifikasi agama sebagai alat pembenarnya.

Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siradj didampingi Koordinator Nasional Nusantara Mengaji H. Jazilul Fawaid meminta masyarakat Indoensia terutama warga Nahdliyin (NU) mewaspadai bahaya radikalisme. Sebab radikalisme mengancam keutuhan berbangsa dan negara.

“Tujuan NU itu membangun persaudaraan sesama manusia, mempertahankan Islam yang benar, Islam ahlus sunnah wal jamaah, menjaga keutuhan NKRI,” kata Kang Said, panggilan akrabnya dalam forum dialog kebangsaan bertajuk ‘Menjaga NU Menjaga NKRI’ di Pulau Bawean, Rabu (21/2/2018).

Sebab itu, jelas dia, warga NU harus menjadi garda terdepan menjaga ukhuwah, persaudaraan dan kesatuan dengan berbagai elemen bangsa. Dia pun mengingatkan tujuan organisasi keagamaan NU didirikan. Sejak 1915, saat negara-negara Islam masih dipimpin Dinasti Ottoman Turki, Kiai Hasyim As’ari sudah merekomendasikan jargon ‘hubbul wathon minal iman’ atau nasionalisme bagian dari iman. Sejak itu pula persoalan nasionalisme di Indonesia sudah tuntas.

Dikutip dari www.detik.com, warga NU harus menjadi warga yang menghormati keberagaman, menjaga kerukunan sebangsa, menjaga kerukunan sesama muslim dan sesama manusia.

“Kita harus tetap menjaga ukhuwah Islamiyah (internal umat), ukhuwah wathaniyah (persaudaraan kebangsaan) dan ukuwah insaniyah (persaudaraan kemanusiaan,” kata dia.

Koordinator Nasional Nusantara Mengaji, Jazilul Fawaid juga mengingatkan, ketidaksiapan dan kelengahan yang akhir-akhir ini melanda generasi muda. Diakui atau tidak berdampak pada munculnya radikalisme agama baru ke permukaan. Karena itu mesti segera diantisipasi dengan segera sebab bagaimanapun anak muda NU dan Ansor harus bergerak sebagai garda terdepan menjaga keutuhan berbangsa dan bernegara.

“Ansor tidak boleh lengah dan gagap dengan teknologi,” kata dia.

Jazilul mengatakan, peran nyata di era digital saat ini antara lain melalui dakwah di internet dan media sosial. Dibutuhkan upaya lebih aktif lagi dari para generasi muda NU tak terkecuali kader-kader GP Ansor agar mengisi media sosial dengan konten-konten positif yang menggemakan Islam moderta dan rahmatan lil alamin selaras dengan prinsip-prinsip Aswaja an-Nahdliyah.

“Penguasaan Medsos mampu menyentuh domain dan dunia selama ini belum begitu kita sentuh,” kata Ketua Fraksi PKB MPR-RI ini.