KH Hasyim Asy’ari, Ulama Pendiri NU yang Menyalakan Api Kebangsaan dan Pancasila

Jombang – Kepala Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP), Prof. Yudian Wahyudi, menegaskan bahwa perjalanan kemerdekaan Indonesia tidak bisa dipisahkan dari kiprah besar KH M. Hasyim Asy’ari.

“KH Hasyim Asy’ari bukan hanya ulama kharismatik dan pendiri Nahdlatul Ulama, tetapi juga peletak dasar etika kebangsaan yang relevansinya tetap terasa hingga hari ini,” ujar Yudian dalam Sarasehan Nasional dan Bedah Buku Menggali Api Pancasila di Pondok Pesantren Tebuireng, Jombang, Sabtu (23/8/2025).

Acara ini menjadi bagian dari refleksi HUT ke-80 Kemerdekaan RI sekaligus ditandai dengan penandatanganan kerja sama antara BPIP dan Pesantren Tebuireng untuk memperkokoh nilai-nilai Pancasila di kalangan santri.

Yudian menekankan, semangat hubbul wathan minal iman (cinta tanah air bagian dari iman) yang diajarkan KH Hasyim Asy’ari bukan hanya retorika, melainkan pedoman spiritual dan komitmen politik kebangsaan. Melalui Resolusi Jihad 22 Oktober 1945, sang kiai mengajarkan bahwa perjuangan melawan penjajah adalah bagian dari jihad fi sabilillah.

“Resolusi Jihad itu menjadi bukti nyata bahwa kemerdekaan tidak hanya lahir dari diplomasi politik, tetapi juga dari kesadaran iman,” tambahnya.

Ia menegaskan pesantren dan santri memiliki peran vital sebagai benteng akidah, penjaga moral, sekaligus pusat peradaban yang menanamkan nilai Pancasila ke dalam praktik kehidupan sehari-hari.

“Mari kita jadikan refleksi ini sebagai ikhtiar agar api perjuangan KH Hasyim Asy’ari tetap menyala, menuntun generasi santri, dan menerangi jalan kebangsaan kita,” kata Yudian.

Mudir Rektor Ma’had Aly Tebuireng, Kiai Achmad Roziq, turut menegaskan besarnya kontribusi KH Hasyim Asy’ari dan putranya, KH Wahid Hasyim. Salah satunya pengorbanan KH Wahid Hasyim yang rela mencabut tujuh kata dalam Piagam Jakarta demi persatuan Indonesia.

“Itu bukti jiwa besar ulama, bahwa kepentingan bangsa selalu ditempatkan di atas kepentingan golongan,” ucapnya.

Menurutnya, kaum santri meyakini Pancasila bukanlah sekadar dokumen konstitusional, melainkan laku hidup yang terus diamalkan untuk menjaga persatuan bangsa.