Jakarta – Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI), KH Miftachul Akhyar mengingatkan kepada masyarakat mengenai radikalisme di Indonesia. Dia meminta kepada para ulama untuk senantiasa menyampaikan Islam wasathiyah atau moderat. Menurut Kiai Miftach, Islam yang moderat diharapkan dapat memperkuat benteng dari serangan radikalisme.
“Hal ini dipandang penting seiring terus menguatnya radikalisme di masyarakat,” ujar Miftach saat memberi sambutan di Mukernas MUI ke satu 2021 dalam siaran langsung di kanal YouTube OFFICIAL TVMUI, Rabu (25/8).
Miftach menjelaskan, ada dua jenis radikalisme, yakni radikalisme kiri dan kanan. Untuk radikalisme kiri bergerak pada pemikiran liberalisme, pluralisme dan sekularisme. Pemahaman itu disatukan dalam pemikiran beragama.
“Sedangkan radikalisme kanan, radikalisme dalam beragama dan terorisme berkedok agama atau menggunakan bendera-bendera agama atau atas nama agama,” ucapnya.
Miftach menjelaskan, kedua radikalisme itu kini tengah menggempur Indonesia. Bila berhasil, kedua gerakan radikalisme itu dapat menghancurkan pondasi Islam di Indonesia.
“Pergerakan kedua kelompok ataupun syariat ini merupakan gambaran pertarungan ideologi global yang menyerang, menggempur di Indonesia, dampaknya memporak-porandakan bangunan Islam yang selama ini telah dibangun oleh para ulama,” ujarnya.
Miftach menjelaskan, radikalisme kiri rawan menyasar para akademisi yang berada di kampus. Sedangkan radikalisme kanan masuk dalam pemahaman agama.
Paham ini dapat dengan mudah menyasar orang yang awan terhadap agama. Belajar agama melalui internet.
“Pengurus MUI semua lapisan harus memahami Islam wasathiyah,” katanya.