Guru Besar Islam UIN Bandung sekaligus Ketua Bidang Pustaka PP Muhammadiyah, Prof Dadang Kahmad, menyatakan sumber paham radikal adalah perasaan sok paling benar. Mereka yang terkena virus ‘sok’ inilah yang terjangkit radikalisme dan paham kekerasan beragama. Virus ‘sok’ berupa merasa paling benar, merasa paling suci, merasa paling Islam.
“Kalau sudah merasa yang ‘paling’ seperti itu sudah bahaya, dia akan anggap orang lain yang berbeda dengannya dengan sebutan menyakitkan, bahkan orang lain dituduh kafir,” ungkap Dadang Kahmad dalam sesi Dialog Cegan Paham Radikalisme dan ISIS di kalangan Pemuda, Kamis (15/10/2015).
Padahal menurut Dadang, Alquran tidak pernah mengajarkan kekerasan atas alasan perbedaan pendapat dan sikap beragama. Salah satu ayat dalam Alquran bahkan menegaskan bahwa Tuhan memang sengaja menciptakan manusia dalam perbedaan. Tujuannya adalah agar manusia bisa berkompetisi kebaikan dan menunjukkan kebajikan pada sesama meski saling berbeda, bukan malah saling memusuhi.
Islam itu sendiri secara bahasa berarti kedamaian dan keselamatan. Umat Islam pun diajarkan mengucapkan salam setiap bertemu dengan orang lain. Bahkan, ucapkan salam yang diajarkan “Assalamu’alaikum” yang bermakna “Keselamatan atau kedamaian bagi kalian”.
“Dengan demikian mana mungkin Islam yang sejatinya damai itu, apalagi yang pernah dicontohkan Nabi Muhammad mengajarkan kekerasan?” tanya Dadang.
Kahmad mengingatkan agar umat Islam terus dan serius mendalami ajaran agamanya agar tidak terpengaruh ajaran radikal. Radikalisme harus dilawan bersama.
Bersama cegah terorisme!