Ketua MUI Lampung: Lampung Jadi Tempat Pelarian yang Digemari Para Teroris

Lampung – Pelaku penembakan di Kantor Majelis Ulama Indonesia (MUI) terungkap ber-KTP Lampung. Meski kepolisian memastikan pelaku tidak terlibat jaringan terorisme, namun tindakannya melakukan aksi kekerasan dinilai semakin menambah citra buruk Lampung.

Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Lampung, Moh Mukri, menyebutkan provinsi Lampung saat ini sudah menjadi tempat pelarian atau persembunyian yang digemari oleh para teroris. Hal tersebut dapat dilihat dari adanya sejumlah teroris yang ditangkap oleh pihak Detasemen Khusus atau Densus 88 di Provinsi Lampung beberapa waktu ke belakang.

“Kan terbukti beberapa waktu lalu juga Densus 88 menangkap dan menembak beberapa teroris di Lampung,” kata Mukri dalam keterangannya di Bandarlampung, Selasa (2/5/2023).

“Ya itu kan artinya sebaran paham radikal sudah masuk kampung-kampung, maka dari sekarang sudah tak perlu ragu lagi untuk berikan tindakan tegas.”

Lebih lanjut, terkait kasus penembakan yang terjadi di kantor MUI Pusat di Jakarta, Mukri mengaku sangat menyayangkannya.

“Atas kejadian di MUI Pusat tentu kami menyayangkan peristiwa penembakan tersebut,” ujar Mukri.

Menurut dia, hal tersebut harus menjadi perhatian khusus untuk MUI Lampung, pemerintah daerah setempat dan aparat keamanan.

“Ini sekaligus menjadi perhatian khusus untuk MUI Lampung, Pemda dan polisi untuk terus melakukan sinergi, karena provinsi ini sudah menjadi daerah destinasi bagi para teroris,” ucapnya

Karena itu meminta kepada pihak aparat penegak hukum agar mengungkap motif pelaku melakukan penembakan di kantor MUI Pusat tersebut, sehingga masyarakat dapat tercerahkan atas kejadian ini.

“Sekali lagi kejadian ini sangat disayangkan, tapi memang motifnya belum terungkap. Ini yang kami minta dari polisi segera mengungkapnya. Apakah pelaku terafiliasi dengan kelompok-kelompok tertentu,” ujar dia.

Terlebih, lanjut Mukri, sekarang telah memasuki tahun-tahun politik yang suasananya sudah mulai menghangat, oleh karena itu peristiwa-peristiwa seperti ini jangan sampai menimbulkan multitafsir di kalangan masyarakat.

“Jangan sampai ada anggapan-anggapan, ada apa ini?, pesanan siapa?, suruhan siapa?, ya kan. oleh karena itu saya sebagai ketua MUI sangat menyayangkan kejadian itu dan mengecamnya,” kata Mukri.