Jakarta – Ketua MPR RI Bambang Soesatyo (Bamsoet) meminta Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) mencegah upaya penyebarluasan paham radikal. Hal ini menyusul pernyataan BNPT yang menyebut perempuan dan pemuda rentan terpapar paham radikal terorisme yang dapat berpotensi menyebabkan dirinya menjadi pelaku terorisme
“Upaya pencegahannya dengan memberikan edukasi mengenai penjelasan terorisme, radikalisme, dan intoleransi, dan cara untuk mencegahnya masuk dalam kehidupan bermasyarakat,” kata Bambang Soesatyo (Bamsoet) dalam keterangannya di Jakarta, seperti dikutip laman Antara Senin (24/2).
Bamsoet mengatakan langkah pencegahan itu dimaksudkan agar masyarakat khususnya generasi muda dan perempuan, dapat memahami sehingga tidak mudah terpapar arus radikalisme maupun terorisme.
Politikus Partai Golkar itu juga mengatakan MPR bersama institusi maupun LSM terkait akan terus melakukan sosialisasi Pancasila kepada seluruh masyarakat Indonesia.
“Langkah ini untuk menanamkan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari, agar dapat meningkatkan toleransi kepada sesama, memahami arti dan nilai Pancasila, serta memiliki rasa cinta terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI),” ujarnya.
Dia juga meminta kepada seluruh anggota MPR untuk terus meningkatkan kesatuan dan persatuan bangsa melalui pembinaan empat pilar kepada seluruh lapisan masyarakat.
Selain itu, menurut dia, anggota MPR menekankan pentingnya pemahaman terhadap UUD 1945 dan Pancasila menuju kedisiplinan nasional karena Indonesia terdiri dari berbagai suku bangsa dan kepulauan.
“Saya juga meminta masyarakat, terutama kepada orang tua, untuk turut berperan aktif dalam melakukan pencegahan radikalisme maupun terorisme, dan berani melaporkan kepada pihak berwajib apabila menemukan konten radikal atau terorisme yang berdampak negatif di media sosial,” katanya.
Sebelumnya, Direktur Pencegahan BNPT Brigjen Pol Hamli mengatakan generasi muda dan kaum perempuan akhir-akhir ini masih terlihat rentan terpapar paham radikal terorisme yang pada akhirnya menjadi pelaku terorisme.
“BNPT meminta masyarakat bersama-sama bisa melakukan upaya pencegahan paham radikal terorisme di lingkungan sekitarnya agar penyebaran paham tersebut tidak meluas,” kata Hamli dalam rilisnya pada Minggu (23/2).
Dia menjelaskan terorisme itu tentunya tidak bisa datang secara tiba-tiba hingga orang menjadi pelaku teror. Ibaratnya gunung es yang puncaknya adalah terorisme, lalu gunung es yang di bawah adalah intoleransi.
“Para pelaku teror itu tentunya memiliki pemahaman atau pemikiran yang radikal negatif. Orang yang memiliki pemahaman radikal negatif itu awalnya bersifat intoleran. Intoleran itu adalah orang tidak mau dengan yang berbeda, tidak mau bekerja sama dengan yang berbeda,” katanya.