Magelang – berdasarkan sejumlah temuan, Institusi pendidikan dan tempat ibadah telah mulai digunakan oleh oknum tidak bertanggungjawab sebagai lahan perkembangan dan penyebaran paham radikal-terorisme. Hal yang juga tidak kalah mengejutkan adalah fakta bahwa beberapa kasus penangkapan terhadap terduga terorisme yang dilakukan oleh anggota kepolisian, hampir semuanya melibatkan orang-orang dengan ‘profesi’ sebagai da’i.
hal ini tentu menimbulkan keprihatinan, karena da’i yang sebenarnya adalah mereka yang menerbarkan ajaran agama dengan cara-cara yang baik dan benar, bukannya onar. Namun belakangan, citra baik tersebut dirusak oleh kelompok radikal-terorisme yang sengaja menggunakan figure da’I untuk menyebarkan paham kekerasan dan permusuhan.
Tidak ingin hal di atas terus terjadi, BNPT kumpulkan para da’i Jawa tengah dari empat kabupaten/kota se-Jawa Tengah, yakni; kota Magelang, Kabupaten Magelang, Purworejo, dan Temanggung, untuk memperkuat barisan melawan penyebaran paham kekerasan.
“”Dai (palsu, red) dilawan dengan da’I (asli, red), dakwah (salah, red) dilawan dengan dakwah (benar, red),” tegas kasubdit kewaspadaan BNPT, Dr. Hj. Andi Intang Dulung, hari ini, Selasa (31/05/2016).
Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) terus mendorong peran da’I untuk turut menjaga keharmonisan masyarakat, salah satunya dengan konsisten memberikan dakwah yang baik dan benar, sesuai dengan tuntunan agama. Jangan sampai ajaran agama yang baik dimanipulasi oleh sekelompok tertentu untuk menghasut dan menghancurkan masyarakat.