Solo – Ketahanan bangsa Indonesia sedang terancam dengan adanya propaganda radikalisme dan terorisme, terutama dari kelompok militan ISIS. Kondisi harus disikapi serius dengan melakukan pencegahan terorisme secara maksimal. Untuk itu peran ulama sangat penting untuk meluruskan pemahaman agama generasi bangsa.
“Imam masjid dan dai bertugas untuk meluruskan kesalahpahaman dan kekeliruan dalam memahami ajaran agama Islam dengan sepotong-sepotong. Tentunya, paham radikalisme tidak boleh dibiarkan masuk ke Indonesia karena tujuan mereka adalah merusak negara dan ideologi bangsa kita,” kata Ketua Umum Ikatan Persaudaraan Imam Masjid (IPIM) Prof. Dr. KH Ali Mustafa Yaqub saat memberikan paparan pada Dialog Pencegahan Paham Radikal Terorisme dan ISIS di Kalangan Imam Masjid dan Dai Muda se-Jawa Tengah di Solo, Kamis (31/3/2016).
Menurut mantan Imam Besar Masjid Istiqlal ini, dalam agama Islam ada empat paham. Pertama ahlussunnah wal jamaah (sunni), syiah, khawarij, dan mukhtajillah. Ia menjelaskan, khawarij sempat hampir habis dan sisanya hanya sedikit di Aljazair dan Kesultanan Oman. Kemudian mukhtajillah tinggal dibaca di literatur perpustakaan raja, sedangkan syiah terlokalisir di negera teluk.
“Anehnya setelah perang teluk 1991, tiba-tiba meledak kembali, terutama khawarij dengan bentuk baru yaitu ISIS,” ungkap Ali Mustafa.
Ali Mustafa Yaqub bercerita saat diundang rapat oleh Dewan Pertimbangan Presiden beberapa tahun lalu, ia mengatakan dari empat paham islam itu, yang dapat hidup menyelamatkan dan berdampingan dengan bangsa Indonesia dengan Pancasila, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika hanya satu yaitu ahlussunah wal jamaah.
Sejauh ini, lanjutnya, ada tiga penyebab terorisme. Pertama ketidakadilan seperti yang terjadi di Palestina dan Thailand Selatan. Bahkan di Indonesia juga banyak, terutama akibat tidak ditegakkan supremasi hukum sehingga terjadi anarkisme.
“Maka untuk mengilangkan terorisme sebab ini harus dihilangkan. Harus ada penegakan hukum, siapa ybersalah harus dihukum seesusi UU. Tanpa itu terjadi anarkisme karena msyarakat main hakim sendiri,” jelasnya.
Kedua teorisme muncul bila ada yang menciptakan. Tapi itu dengan catatan apabila pernyataan tokoh seperti Edward Snowden dan juga pernyataan Hillary Clinton dalam bukunya ‘The Hard Choices” yang mengatakan bahwa ISIS dibuat oleh pihak tertentu utnuk kepentingan politik tertentu.