Jakarta – Indonesia dengan Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika terus ‘digoyang’ berbagai ancaman yang bertujuan meruntuhkan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Namun dengan ketahanan nasional yang kuat, berbagai ancaman itu sejak merdeka sampai era milenial sekarang ini, berhasil dihancurkan.
“Makanya ketahanan nasional itu harus terus dipupuk dan diperkuat. Tidak hanya kepada generasi muda, tapi semua generasi bangsa. Apalagi tantangan globalisasi sangat luar biasa dengan adanya kemajuan teknologi informasi. Semua harus bergerak dan berbuat untuk keutuhan NKRI,” ujar Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Komjen Pol. Drs. Suhardi Alius, MH, saat memberikan kuliah umum kepada peserta Program Pendidikan Angkatan Reguler (PPRA) 57 2018 di Ruang NKRI Gedung Lemhanas, Jakarta, Selasa (10/4/2018)
Apalagi bagi para peserta PPRA Lemhanas, menurut Suhardi Alius, mereka wajib memahami resosansi kebangsaan. Pasalnya, tugas Lemhanas itu ada dua membuat resilience atau pertahanan nasional di semua aspek kehidupan untuk menghadapi tantangan globalisasi yang luar biasa agar NKRI terjaga dengan baik.
Kedua, lanjut mantan Kapolda Jabar ini, masalah radikalisme dan terorisme harus dipaparkan secara detil karena mereka adalah para calon pimpinan di negara ini baik dari TNI, Polri, birokrasi, LSM, dan berbagai perkumpulan dari semua stakeholder di Indonesia. DIharapkan, nantinya mereka bisa getok tular kepada yang keluarga, teman, saudara, dan lingkungannya.
“Kita mempunyai tanggungjawab moral untuk menjaga bangsa ini dengan mengimplementasikan pengetahuan ini. Kita ingin sesuatu yang membumi, tidak hanya tataran wacana sehingga pengetahuan ini bisa dipahami masyarakat dengan baik,” tutur Suhardi Alius.
Suhardi meilhat, di era sekarang ini, tantangan bangsa Indonesia ditentukan oleh sumber daya manusia yaitu seluruh bangsa Indonesia. Artinya, Indonesia bukan hanya milik generasi sekarang saja, tapi juga milik anak cucu nanti. Merekalah yang nantinya akan bertanggungjawab secara estafet untuk memelihara NKRI dengan baik.
“Mereka nanti yang berkuasa dan pengambil keputusan. Karena itu, mereka harus kita beri wawasan kebangsaan yang baik. Jangan lupa mereka ini hanya titipan untuk menyambungkan ke generasi selanjutnya,” ungkapnyta.
Suhardi mengungkapkan bahwa generasi sekarang teridentifikasi lebih cenderung melakukan pendekatan fungsional yaitu ketika dinilai bermanfaat buat mereka akan diambil. Kalau itu dibiarkan, maka ketahanan nasional bangsa ini akan melemah. Karena itu, sebagai bangsa besar, mereka juga harus dibekali dengan pendekatan historical atau sejarah.
Dengan begitu, diharapkan para generasi milenial mengenal bangsanya, mengetahui jati diri bangsa, mengenal pahlawan bangsa yang berjuang meraih kemerdekaan. Hal itu harus terus diingatkan kepada generasi milenial dalam membangun kekuatan bangsa yang optimal.
Pun juga penyampaian wawasan kebangsaan ini, Suhardi menilai jangan hanya sebatas di lembaga pendidikan saja, tapi harus dipraktikkan dan diimplementasikan di lapangan. Intinya, lembaga pendidikan bisa sebagai pondasi, sedangkan implementasinya bisa dilakukan di mana saja.
“Sekali lagi tujuan akhir kita adalah resilience atau bagaimana bangsa ini bisa memprotek diri dari hal-hal negatif demi keutuhan NKRI,” pungkas Suhardi Alius.