Banda Aceh – Kesiapsiagaan ini merupakan langkah mitigasi agar bangkit bersama untuk waspada, hati-hati dan semua pihak memiliki kesadaran akan ancaman terorisme. Hal itu dikatakan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Komjen Pol Dr. Boy Rafli Amar, MH pada kegiatan deklarasi kesiapsiagaan nasional untuk pencegahan pemahaman radikal dan terorisme di Gedung Amel Convention Hall, Lamteh, Banda Aceh, Selasa (13/12/2022). Tokoh adat Aceh, para tokoh agama ikut menandatangani deklarasi kesiapsiagaan nasional itu.
“Kita berharap, upaya pemeliharaan suasana aman dan damai, senantiasa dalam hati kita, cara berpikir dan dalam masyarakat dan bernegara,” kata Boy Rafli .
Setidaknya ada lima poin penting dalam deklarasi tersebut, antara lain; segenap warga negara Indonesia menyatakan, pertama; setia kepada pancasila dan undang-undang dasar negara kesatuan republik Indonesia tahun 1945.
Kedua, menjunjung tinggi kebhinekaan. Ketiga, bersinergi menolak intoleransi dan radikal terorisme. Keempat, mendukung kesiapsiagaan nasional dalam mengantisipasi ancaman terorisme. Dan kelima, siap mewujudkan Indonesia damai.
Menurut Kepala BNPT, dalam konteks memberikan edukasi masyarakat, ia mengatakan, melalui kegiatan deklarasi ini, pihaknya ingin mengingatkan kepada masyarakat untuk menjauhi karakter-karakter dari ideologi terorisme.
Ia tidak menginginkan, adanya sebuah perilaku atau karakter kekerasan yang dianggap menjadi sesuatu biasa di masyarakat. Oleh karena itu pula, pihaknya melaksanakan langkah mitigasi untuk pencegahan penyebarluasan paham ideologi terorisme yang karakter jauh dari karakter ke-Indonesiaan.
“Karena karakter Indonesia, toleransi, menghargai, saling tolong-menolong dan gotong royong. Dan mereka (teroris) tidak seperti itu,” jelasnya.
Potensi ancaman di era masyarakat yang sudah tersambung dengan masyarakat di dunia luar melalui digital.
Untuk program deradikalisasi khususnya Aceh kata Rafli, pasca pemidanaan, sejauh ini komunikasi dengan mitra deradikalisasi berjalan dengan baik. Artinya, ada kegiatan yang dipilih oleh mitra deradikalisasi di Aceh seperti berwirausaha, UMKM, dan belajar menjadi pengusaha.
“Tugas kami melakukan pendampingan atas hal tersebut. jadi perlu ada kesadaran bersama, dimana kejadian masa lalu adalah sebuah hal untuk tidak terulang lagi di masa datang. Tapi kita membangun suasana kehidupan yang lebih harmoni,” pungkasnya.