Pangkalpinang – Pemerintah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung (Pemprov Babel) melalui Kesbangpol terus menggencarkan sosialisasi pencegahan paham radikalisme dan terorisme di kalangan pelajar. Salah satu kegiatan digelar di MAN Insan Cendekia (IC) Bangka Tengah pada Rabu (12/11/2025), menghadirkan narasumber dari FKPT Babel serta Satgaswil Densus 88 Anti Teror Polri.
Kepala Kesbangpol Babel Burhanuddin menjelaskan bahwa kegiatan ini bertujuan memperkuat pemahaman pelajar mengenai cara mencegah dan menangkal radikalisme, intoleransi, ekstremisme, dan terorisme (IRET). Menurutnya, pembekalan sejak dini penting agar nilai kebangsaan dan toleransi tumbuh kuat di lingkungan sekolah maupun masyarakat.
“Generasi muda berada pada fase paling rentan terhadap pengaruh ideologi ekstrem. Karena itu, pemahaman tentang IRET harus diberikan sejak awal agar mereka mampu melindungi diri maupun lingkungan,” ujar Burhanuddin, Kamis (13/11/2025).
Ia berharap sosialisasi semacam ini dapat meningkatkan kewaspadaan pelajar terhadap pengaruh negatif, mendorong kemampuan berpikir kritis, dan menumbuhkan rasa cinta terhadap keberagaman. Burhanuddin juga mendorong kegiatan ini dilakukan secara berkala dan melibatkan lebih banyak pihak agar upaya pencegahan berjalan berkelanjutan.
Dari FKPT Center, Agus Setiawan, Wakil Bidang Kurikulum MAN IC Bangka Tengah, menyampaikan apresiasinya. Ia berharap para siswa dapat memahami bahaya paham radikal, terutama yang menyebar melalui media digital. Agus juga membagikan pengalamannya saat kuliah di Yogyakarta, ketika ia hampir terseret jaringan radikal karena iming-iming ekonomi.
“Saya hampir terlibat, tetapi bisa terhindar karena mendapat pemahaman yang benar. Karena itu, pembekalan seperti ini sangat penting untuk anak-anak kita,” kata Agus.
Sementara itu, Ketua FKPT Babel Subardi menyoroti meningkatnya penyebaran ideologi kekerasan melalui media sosial hingga game online. Ia menjelaskan bahwa kelompok teror kerap memanfaatkan ruang digital untuk menyasar remaja yang sedang mengalami kegalauan atau krisis identitas.
“Mereka memantau aktivitas digital, status, dan postingan remaja, lalu mulai melakukan pendekatan halus,” jelasnya. Ia juga mengajak pelajar menerapkan prinsip tabayun dalam bermedia sosial—memeriksa kebenaran informasi sebelum mempercayai atau menyebarkannya.
Dari Densus 88 AT Babel, Brigpol Uci Diana menekankan pentingnya deteksi dini terhadap potensi paparan radikalisme. Ia menjelaskan, salah satu tanda seseorang mulai terpengaruh adalah perubahan perilaku sosial. “Biasanya mereka menjadi eksklusif, menjauh dari pergaulan, dan merasa paling benar. Jika dibiarkan, kondisi ini dapat berkembang menjadi tindakan ekstrem bahkan terorisme,” ujarnya.
Damailah Indonesiaku Bersama Cegah Terorisme!