Aceh – Badan Kesatuan Bangsa dan Politik (Kesbangpol) Aceh menggelar
sosialisasi pencegahan ekstremisme berbasis kekerasaan di Aceh untuk
angkatan II tahun 2023, di Aula Kesbangpol Kota Langsa, Rabu (11/10).
Kegiatan digelar oleh Badan Kesatuan Bangsa dan Politik (Kesbangpol)
Aceh dengan mengusung tema ‘Memperkuat sinergi pemerintah bersama
masyarakat dalam upaya pencegahan ekstremisme berbasis kekerasan yang
mengarah pada terorisme’.
Pj Wali Kota Langsa, Syaridin SPd, MPd diwakili Staf Ahli Bidang
Pemerintahan, Hukum dan Politik Setdakot Langsa, Siti Zuriah SH, saat
membuka acara mengatakan ekstremisme, radikalisme dan terorisme masih
menjadi ancaman nyata bagi kedamaian di Indonesia khususnya di
Provinsi Aceh yang kita cintai bersama.
Seperti diketahui bersama, masih sangat segar dalam ingatan beberapa
saat yang lalu rangkaian aksi terorisme secara serentak terjadi di
Surabaya dan Sidoarjo, Jawa Timur yang menyasar tiga rumah ibadah,
bahkan jaringan teroris juga sudah mulai menyasar markas kepolisian
dalam melakukan aksinya, seperti di Polrestabes Medan dan Mabes Polri
Aceh juga pernah dihebohkan dengan temuan kamp pelatihan kelompok
teroris di pegunungan Jalin, di Aceh Besar, yang melibatkan sejumlah
warga Aceh. Beberapa waktu yang lalu di Aceh telah terjadi penangkapan
beberapa orang yang diduga terlibat dalam jaringan terorisme, tepatnya
di Kota Langsa, Kabupaten Aceh Besar dan Kota Banda Aceh, katanya.
Kemudian baru-baru ini kita semua dikejutkan dengan penangkapan
sejumlah orang di Kabupaten Aceh Tamiang oleh Densus 88 karena diduga
terlibat dalam jaringan teroris Jamaah Islamiyah (JI) dan yang juga
menjadi keprihatinan, ternyata kelompok teroris tersebut telah
menyusup ke lembaga pendidikan, dalam hal ini pondok pesantren dan
melakukan bai’at terhadap para santri di sana.
Dalam prosesnya ada yang patut digaris bawahi dari sejumlah peristiwa
tersebut, yaitu kelompok pelaku terorisme tinggal di tengah
masyarakat, membaur dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini menuntut
seluruh elemen masyarakat untuk selalu mengedepankan kewaspadaan,
tidak hanya untuk alasan keselamatan, melainkan juga mencegah
tersebarluaskannya paham ekstremisme, radikal dan terorisme.
“Rongrongan dan ancaman, baik yang berasal dari dalam maupun luar
negeri,” papar Siti Zuriah.
Kendati demikian, untuk mengantisipasi menyebarnya paham ekstremisme
berbasis kekerasan yang mengarah pada terorisme ini harus ada tindakan
preventif melalui pendekatan sosial dan kearifan lokal. Khusus untuk
Aceh, penguatan nilai-nilai agama, budaya dan toleransi sangat penting
sebagai modal sosial kita dalam mencegah paham-paham ekstremisme dan
radikal merasuki generasi muda kita.
Kita punya budaya khanduri sebagai ajang silaturahmi, kita juga punya
budaya tutur melalui didong dan dodaidi sebagai sarana penyampaian
nasehat melalui syair-syair, serta kearifan-kearifan lokal lainnya
yang sebenarnya merupakan modal sosial terbesar sebagai penguat
masyarakat, ungkapnya.