Medan – Direktur Pencegahan Badan Nasional Pencegahan Terorisme (BNPT), Brigjend. (Pol) Drs. Hamidin, menyebut masih sering terjadi kesalahan dalam pemberitaan isu-isu terorisme. Apa saja kesalahan itu?
Menjadi narasumber dalam kegiatan Diseminasi Pedoman Peliputan Terorisme dan Peningkatan Profesionalisme Media Massa Pers dalam Meliput Isu-isu Terorisme di Medan, Sumatera Utara, Rabu (21/9/2016), Hamidin setidaknya menyebut 3 kesalahan dalam pemberitaan media massa. Pertama adalah memberitakan proses penyergapan oleh aparat keamanan secara detail.
“Ketika saya memimpin operasi di Poso, seringkali ada wartawan yang meminta ikut ke lokasi (ketika ada operasi), tegas saya tolak. Bukan kami tidak mau diliput, tapi keberadaan wartawan di TKP, apalagi memberitakan dengan detail bisa menggagalkan operasi,” jelas Hamidin.
Kesalahan kedua adalah memutar video amatir sebuah peristiwa teror yang dikirimkan masyarakat. Sementara kesalahan ketiga adalah menyampaikan pesan terakhir pelaku dalam bentuk pemberitaan secara vulgar.
“Dua kesalahan itu mengakibatkan munculnya trauma di masyarakat, sekaligus memicu opini pembenaran atas aksi-aksi terorisme,” tambah Hamidin.
Untuk menghindari kesalahan-kesalahan itu, Hamidin menekankan pentingnya kecintaan terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) pada setiap Jurnalis di Indonesia.
Anggota Majelis Etik Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Indonesia, Willy Pramudya, di forum yang sama membenarkan apa yang disampaikan Hamidin. Willy menyebut contoh terakhir pada pemakaman Santoso yang diberikan dihadiri ribuan pelayat.
“Dalam bahasa terorisme itu disebut glorifikasi, mengagung-agungkan, seolah Santoso adalah pahlawan yang pemakamannya dihadiri ribuan orang,” ungkap Willy.
Selain glorifikasi, Willy menyebut masih ada kesalahan pemberitaan terorisme dalam bentuk fabrikasi (berita bohong), pemuatan gambar atau video tanpa blur, tidak menjunjung presumtion of innocense, melakukan trial by the press, terjasi stigma, atribusi dan gambaran-gambaran yang menggiring terorisme berkaitan dengan agama atau kelompok tertentu. “Semuanya terjadi karena rendahnya profesionalisme media massa,” tegasnya.
Diseminasi Pedoman Peliputan Terorisme dan Peningkatan Profesionalisme Media Massa Pers dalam Meliput Isu-isu Terorisme adalah rangkaian kegiatan dari Pelibatan Masyarakat dalam Pencegahan Terorisme. Satu kegiatan lainnya adalah Visit Media, kunjungan dan diskusi ke redaksi media massa pers.