Jakarta – Sosialisasi Empat Pilar Kebangsaan yang dilakukan MPR RI menjadi salah satu solusi untuk memperkuat jatidiri serta memperkuat benteng pertahanan bangsa Indonesia dari ‘serangan’ ideologi asing. Penegasan itu disampaikan anggota MPR RI Ali Taher saat memberikan materi Sosialisasi Empat Pilar RI di hadapan ribuan pelajar di Universitas Muhammadiyah Palembang, Rabu, (7/3/2018) lalu.
Penegasan itu disampaikan karena faktanya kesadaran berbangsa dan bernegara di masyarakat semakin melemah, politik aliran semakin kuat, dan nasionalisme mulai meluntur.
“Ada empat faktor yang berpengaruh terhadap kehidupan sosial bangsa Indonesia dan kita memerlukan solusi bersama untuk memecahkannya. Keempatnya merupakan persoalan yang sangat relevan dan semakin hari semakin menggerus nilai-nilai luhur yang kita punya,” kata Ali Taher.
Menurutnya, faktor pertama yang berpengaruh adalah aliran kelompok suku, agama itu menguat. Pandangan internal masing-masing agama mengalami distorsi secara sosiologis.
Padahal kerukunan umat beragama ini dimulai dari internal agama itu sendiri, kemudian dengan antar umat beragama yang berbeda, dan dengan antar agama dengan pemerintah. Oleh sebab itu, kita perlu melihat agama dari substansinya, bukan hanya secara simbolik saja.
Faktor kedua yang juga berpengaruh adalah fanatisme kedaerahan yang berlebihan. Persaingan yang muncul antara putra daerah dengan luar daerah seharusnya tidak boleh terjadi karena bertentangan dengan nilai nasionalisme. Bila hal tersebut terus berlangsung, maka persatuan dalam keragaman yang selama ini telah dibangun akan hilang perlahan-lahan.
Di faktor selanjutnya, Ali melihat bahwa penegakan hukum di mata masyarakat mengalami krisis kepercayaan. Prinsip hukum yang menjunjung tinggi keadilan dan kebenaran dijalani dengan cara pandang yang berbeda oleh para penegak hukum. Secara praktik dan idealnya tidak berjalan sesuai sehingga tidak heran apabila permainan pasal-pasal di praperadilan misalnya menjadi hal yang akhir-akhir ini kita lihat.
Terakhir, perihal kesenjangan sosial antara kaum mampu dan tidak mampu makin menajam. Mengenai hal ini, Ali mengatakan bahwa pembangunan infrastruktur yang selama ini dilaksanakan seharusnya juga seimbang dengan pemenuhan kesejahteraan masyarakat.
“Saya pikir untuk meningkatkan kembali nasionalisme dan merawat nilai luhur, kita perlu menggenjot aspek pendidikan secara formal. Namun demikian, kita perlu memikirkan pula kualitas dari SDM yang mengajar, jadi bukan hanya kuantitas semata. Kita membutuhkan para guru yang sadar akan nilai agama, penitngnya budaya dan kebangsaan,” pungkas Ali.