Banjarmasin – Pemimpin Redaksi Harian Radar Banjarmasin, Toto Fachrudin, mengingatkan pentingnya pers tetap berlaku profesional di tengah tuntutan pemenuhan kepentingan ekonomi dan politik.
“Tidak bisa dipungkiri (kepentingan) ekonomi dan politik sangat kuat di industri pers saat ini, tapi itu tidak boleh jadi penghalang,” kata Toto saat menjadi pemateri di kegiatan dialog Literasi Media sebagai Upaya Cegah dan Tangkal Radikalisme dan Terorisme di Masyarakat di Banjarmasin, Kalimantan Selatan, Kamis (27/l7/2017).
Toto menambahkan, ketidakprofesionalan industri pers selain akan menjadikannya kurang objektif dalam pemberitaan, juga membuka peluang keberadaannya dimanfaatkan oleh kelompok pelaku terorisme dalam menyebarluaskan paham radikal terorisme. “Kita pelaku industri pers harus memahami itu semua,” tambahnya.
Dalam paparannya, Toto juga memberikan saran bagaimana pers harusnya berperan di tengah situasi di mana pers juga dituntut bisa melakukan literasi ke masyarakat.
“Terutama pers arus utama yang menjadi rujukan masyarakat, pemberitaan kita harus bisa mengedukasi,” tegas Toto.
Khusus di isu-isu terorisme, Toto meminta pemberitaan media massa tidak bersifat provokatif, mengedukasi bahaya radikalisme, mendorong kesadaran kolektif, dan menciptakan kontraradikalisme.
“Satu lagi adalah media harus bisa memberikan ruang publik dan terlibat aksi konkrit. Bentuknya bisa penyediaan rubrik khusus, bisa berupa kolom atau bentuk lainnya,” pungkas Toto.
Dialog Literasi Media sebagai Upaya Cegah dan Tangkal Radikalisme dan Terorisme di Masyarakat di Barjarmasin terselenggara atas kerjasama Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) dan Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) Kalimantan Selatan. Ini merupakan salah satu metode yang dijalankan ddi kegiatan Pelibatan Media Massa dalam Pencegahan Terorisme, di mana satu metode lainnya adalah Visit Media, kunjungan dan diskusi ke redaksi media massa pers.
BNPT dan 32 FKPT se-Indonesia pada tahun 2017 juga menggelar lomba karya jurnalistik, dengan mengangkat tema besar kearifan lokal sebagai sarana pencegahan terorisme. [shk/shk]