Jakarta – Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Komjen Pol Dr. Saud Usman Nasution, SH, MH, mengungkapkan bahwa selama ini pelaksanaan deradikalisasi masih belum berjalan sesuai harapan. Hal itu diakibatkan masing-masing Kementerian, lembaga dan institusi belum ada sinergi yang baik.
“Itulah salah satu alasan digelarnya Rapat Koordinasi (Rakor) Program Deradikalisasi BNPT 2016. BNPT sebagai lembaga yang bertugas mengkoordinir pencegahan terorisme di Indonesia mengumpulkan seluruh lembaga dan instansi terkait untuk menciptakan sinergi tersebut. Kalau sinergi sudah terjalin, maka pelaksanaan deradikalisasi akan berjalan dengan baik,” kata Kepala BNPT saat membuka Rakornas Program Deradikalisasi 2016 di Hotel Golden Boutique, Jakarta, Kamis (18/2/2016).
Menurut Saud, selama ini masing-masing institusi selalu mengatakan telah menjalankan program penanganan teror dan deradikalisai. Tapi faktanya, apa yang ditangani belum bersinergi, sehingga hasilnya pun jauh dari apa yang diharapkan.
Selain itu, lanjut Kepala BNPT, penanganan terorisme harus tahu bagaimana sejarahnya, hubungan dengan berbagai hal terkait, sehingga penanganannya bisa berjalan secara komprehensif. Ia yakin kalau dalam menjalankan program deradikalisasi semua instansi atau lembaga sudah tahu berbagai hal terkait sasaran yang dituju, pasti akan berjalan baik.
“Saya sudah bicara dengan KaBIN, Kapolri, Panglima TNI, bahwa tugas menangani terorisme tidak bisa bersial tapi harus bersinergi. Untuk kami akan menunjukkan data-datanya dan men-share ke lembaga berkompeten. Diharapkan nantinya ada kontak masing-masing petugas di seluruh Indonesia sehingga bisa saling kenal. Intinya sinergi wajib dilakukan dalam menjalankan deradikalisasi,” papar Komjen Pol Dr Saud Usman Nasution, SH, MH.
Saat ini, lanjut Kepala BNPT, ada 204 napi terorisme yang tersebar di 49 Lapas di 13 Provinsi. Kalau deradikalisasi belum menyentuh target ini, berarti belum melakukan deradikalisasi. Sejauh ini BNPT telah menjalankan beberapa tahapan deradikalisasi yaitu Identifikasi.
“Kita perlu mendata mereka ini siapa-siapa saja, siapa pedukungnya, dan siapa keluarganya dan dimana saja,” tukasnya.
Kedua rehabilitasi yaitu mengubah mindset dari alam jahat ke islam rahmatan lil alamin. Untuk melakuan itu, BNPT pernah mendatangkan ulama dari Timur Tengah dan dalam negeri. Tapi masalahnya belum tentu para napi teroris itu mau terima seperti Abubakar Baasyir dan Oman Abdurrahman.
Selanjutnya reedukasi adalah pemahaman kembali tanggungjawab kepada bangsa. Dalam hal ini, BNPT bekerjasama dengan anggota DPR, DPD dan Kemenham terkait bela negara. Dan terakhir adalah resosialisasi yaitu menyiapkan mereka kembali ke masyarakat karena mereka tidak punya pekerjaan dan pendapatan sehingga harus dibimbing dan diberi pelatihan.