Semarang – Seorang calon anggota polri tidak hanya dituntut memiliki pengetahuan tugas pokok kepolisian, tapi juga harus memiliki nasionalisme serta jiwa keteladanan yang tinggi. Pernyataan itu diungkapkan Kepala BNPT Komjen Pol. Drs. Suhardi Alius, MH saat memberikan kuliah umum (stadium generale) kepada 1200 siswa Akademi Kepolisian (Akpol) di Graha Cendekia, Akpol, Semarang, Rabu (14/2/2018).
“Kemarin saya mengisi kuliah umum di depan 4500 mahasiswa ITB di Bandung, sekarang 1200 taruna Akpol. Mereka adalah calon penerus bangsa dan aparat yang akan melayani dan mengayomi masyarakat. Karena itu perspektif pencegahan radikalisme dan terorisme harus kita samakan sebagai eksistensi. Merekalah yang nanti akan berada di garda terdepan untuk memberikan pemahaman kepada masyarakat, juga mahasiswa,” kata Komjen Suhardi Alius.
Pada kesempatan itu, mantan Kabareskrim Polri ini juga memberikan tips bagaimana nantinya seorang anggota Polri mengenal identifikasi radikalisme dari tahap awal sampai tahap terjadinya aksi radikalisme itu. Salah satunya, adalah contoh returnees (WNI yang kembali dari Suriah setelah bergabung dengan ISIS).
“Mereka (returnees) ini yang kita hadapi. Ingat mindset mereka sudah sangat berubah. Meski masih anak-anak tapi mereka sangat keras sehingga cara menghadapinya tidak bisa main-main,” terang Suhardi.
Selain itu, Suhardi juga membagikan pengalamannya sebagai anggota Polri, tidak hanya pengalaman akademik, tapi juga pengalaman lapangan. Menurutnya, apa yang didapat para taruna Akpol di akademi ini hanya sekian persen, sementara belantara kehidupan nantinya setelah lulus terbentang luas. Hal inilah yang mesti disikapi karena antara teori dan kenyataan akan jauh berbeda. Kalau tidak menyerap dan mengakselerasi ini, akan sulit bagi para taruna saat menjalankan tugas sebagai anggota Polri.
“Kita harapkan dengan penambahan wawasan kebangsaan ini, para taruna ini nantinya bisa menjadi aparat yang baik dan amanah,” tutur mantan Sestama Lemhanas ini.
Komjen Suhardi Alius menambahkan bahwa tugas polisi itu adalah menangai limbah di masyarakat. Ada orang berideologi radikal dan bikin aneh-aneh jadi urusan polisi. Begitu juga politik, bila ada apa-apa polisi yang harus turun, juga ekonomi, penyimpangan lainnya, semua harus ditangani polisi. Karena itu, para taruna Akpol ini harus benar-benar diberi pemahaman.
Suhardi khawatir bila para taruna ini tidak dibekali dan disiapkan tentang pemahaman penanggulangan terorisme, nasionalisme, dan keteladanan, justru mereka akan malah larut dalam ‘limbah’ yang ditangani.
“Jadi tolong pertahankan idealisme. Kalau di pendidikan, kita selalu diajarkan idealisme, tapi begitu menjadi penjabat, kadang-kadang idealisme dan nasionalisme itu tereduksi. Karena itu pegang teguh idealisme seperti yang didapat di pendidikan,” tutur Suhardi Alius.