Jakarta – Tidak ada ruang bagi bangsa Indonesia untuk bersembunyi dari ancaman radikal terorisme. Karena itu segenap anak bangsa harus turut berperan aktif dalam memberantas paham radikal terorisme tersebut. Salah satu contoh program pelibatan masyarakat dalam penanggulangan terorisme yang telah dilakukan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) adalah duta damai dunia maya.
Penegasan itu disampaikan Kepala BNPT Komjen Pol. Suhardi Alius, MH pada Rapat Dengar Pendapat (RDP) Pembahasan Program BNPT dalam Penanggulangan Terorisme 2016 – 2018 bersama Komisi III DPR RI. Kamis, (5/4/2018). Menurut Komjen Suhardi Alius, BNPT telah membentuk duta damai dunia maya di 10 kota dan provinsi.
“Duta damai dunia maya diisi oleh anak-anak muda untuk menyebarkan pesan-pesan damai di dunia maya dengan cara dan gaya anak muda. Pasalnya, sasaran utama penyebaran paham radikal terorisme di dunia adalah anak muda, sehingga kami (BNPT) menggunakan cara dan gaya anak muda juga untuk menghadapinya,” terang Suhardi
Kepala BNPT melanjutkan bahwa sejak dipercaya untuk mengawaki BNPT oleh Presiden Joko Widodo, dia langsung melaporkan bahwa persoalan terorisme tidak bisa diselesaikan oleh BNPT sendiri, tetapi dibutuhkan sinergitas dengan kementerian dan lembaga negara terkait.
Selain itu, Kepala BNPT juga mengungkapkan hambatan dan kendala yang dihadapi dalam menjaga NKRI dari rongrongan terorisme. Persoalan banyak muncul karena dalam UU No. 15 thn 2003 lebih banyak berbicara penindakan, sedangkan BNPT lebih mengedepankan upaya soft approach dalam upaya menanggulangi ideologi radikal terorisme. Oleh karenanya dalam revisi UU Terorisme yang akan segera disahkan, pencegahan akan mendapatkan porsi yang cukup besar, sehingga berbagai hambatan dapat diatasi dan dapat berjalan sesuai dengan harapan.
“Beberapa negara yang mempunyai persoalan radikalisme seperti Belanda, Amerika dan negara-negara Timur Tengah hampir tidak percaya bagaimana Indonesia dapat mengatasi persoalan radikalisme tanpa menggunakan senjata,” tukas Suhardi Alius.
“Saya bertemu dengan raja Yordania kemudian beliau meminta kita untuk berbicara bagaimana cara menanggulangi persoalan radikalisme, dan mereka mau belajar ke kita tentang metode yang kita gunakan untuk menangkal paham radikal dan terorisme” ungkap Mantan Sestama Lemhanas tersebut.
Selain memaparkan terkait berbagai hambatan dan persoalan di lapangan, mantan Kapolda Jawa Barat tersebut memaparkan berbagai kegiatan yang telah dilakukan oleh BNPT dalam upaya menanggulangi paham radikal terorisme. Kegiatan GEMAR NKRI merupakan kegiatan mengumpulkan 100 mantan teroris yang diajak berbicara, diberikan pemahaman keagamaan hingga memberikan pelatihan bercocok tanam dan beternak yang didampingi oleh para ahlinya.
Selain itu BNPT juga menginisiasi kegiatan Silaturahmi Kebangsaan NKRI bersama 124 mantan pelaku dan 51 penyintas, kegiatan yang mempertemukan antara para mantan pelaku dan korban tersebut merupakan kegiatan yang pertama baik di Indonesia maupun di dunia.
Terakhir kepala BNPT menekankan bahwa persoalan radikal terorisme bukanlah sebuah isu-isu tanpa fakta. Sebagai bukti, diputarakan sebuah video tentang perjalanan anggota keluarga yang sempat akan tinggal di Syria karena tergoda oleh propaganda kelompok teroris ISIS. Namun mereka akhirnya kembali ke Indonesia dengan bantuan pemerintah dan menyesali langkah yang telah diambilnya tersebut.
“Saya berharap cerita-cerita dan fakta dari orang-orang terssbut dapat membuk mata hati semua anak bangsa, bahwa kita tidak bisa menghindar dari ancaman radikalisme dan terorisme. Karena semua elemen bangsa harus bersatu dan bersinergi untuk memberantas paham radikal dan terorisme secara semesta,” tandas Suhardi Alius.