Jakarta – Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Komjen Pol. Drs. Suhardi Alius, MH menegaskan bahwa ancaman radikalisme dan terorisme telah masuk ke seluruh lini kehidupan masyarakat di Indonesia, termasuk di kampus. Karena itu, seluruh elemen bangsa harus waspada dan cerdas dalam membaca pergerakan mereka.
Pernyataan itu diungkapkan Komjen Suhardi Alius pada Rapat Koordinasi (Rakor) Penangkalan Paham Radikalisme di Perguruan Tinggi di Gedung Kemenristekdikti, Jakarta, Senin (25/6/2018). Selain Menristekdikti dan Kapala BNPT, Rakor itu dihadiri para rektor seluruh Indonesia, baik perguruan tinggi negeri maupun swasta.
“Ancaman radikalisme dan terorisme itu berada di tengah-tengah kita, sehingga kita harus waspada karena mereka bukan saja akan mengorbankan orang lain, tetapi anak sendiri pun dijadikan korban sebagaimana yang terjadi di Surabaya beberapa waktu lalu,” kata Komjen Suhardi Alius.
Karena itu, mantan Sestama Lemhanas ini menghimbau, jangan sampai doktrin-doktrin itu masuk ke Indonesia, meski tidsk bisa dipungkiri bahwa ini sudah terjadi. Bahkan doktrin-doktrin juga telah menyerang lingkungan kampus, yang notabene adalah tempat calon pemimpin bangsa. Terbukti beberapa upaya BNPT untuk mereduksi radikalisme di kampus melalui Forum Koordinasi Penanggulangan Terorisme (FKPT) maupun Satuan Tugas (Satgas) mengalami penolakan oleh mahasiswa.
“Jangan sekali-kali resistansi kepada kami karena berdasarkan pengalamsn baik FKPT maupun Satgas kami yang ingin masuk kampus untuk melakukan kegiatan, justru ditolak. Temuan-temuan kami tidak pernah kami rilis karena akan menimbulksn keresahan. Tapi saya tegaskan bahwa semua yang kami sampaikan berdasarkan data yang kami peroleh,” tegas Komjen Suhardi Alius.
Sementara itu, Menristekdikti Mohamad Nasir menjelaskan, dalam rapat tersebut, dibicarakan secara detail tentang upaya pencegahan dan pengawasan yang harus dilakukan terhadap radikalisme. Sehingga rektor, direktur, dan petinggi perguruan tinggi bertanggung jawab mengawasi kegiatan di dalam kampus, termasuk aktivitas para alumninya.
Sebagai upaya pencegahan, lanjutnya, Kemenristekdikti juga memperkuat kerja sama dengan beberapa lembaga terkait, terutama dengan BNPT. Tidak hanya itu, pihaknya juga bakal memasukan mata kuliah wawasan kebangsaan dan bela negara pada kurikulum terbaru.
“Ke depan, monitoring kepada para mahasiswa dan dosen akan terus dilakukan,” katanya.