Makassar – Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) menjadi andalan dari Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) dalam memonitor pergerakan dan ancaman radikalisme dan terorisme di masing-masing daerah. Untuk itu, FKPT harus aktif menjalin kerjasama dengan berbagai lembaga dan instansi terkait di daerah, agar pencegahan terorisme di masa mendatang bisa lebih maksimal.
“FKPT jangan bekerja sendiri. Silakan disingkronkan dan buat rencana agar kinerjanya lebih efektif. Seperti BNPT di pusat, FKPT juga harus bisa mengelola programnya dengan baik dan bisa bersinergi dengan institusi dan lembaga terkait seperti Gubernur, Bupati, Walikota, Kanwil Agama, TNI, Polri, Kabinda, dan lain-lain,” kata Kepala BNPT Komjen (Pol) DR Saud Usman Nasution, SH, MH dalam pembukaan Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) FKPT 2015 di Makassar, Minggu (13/12/2015).
Komjen Saud Usman Nasution memaparkan bahwa FKPT memiliki peran yang sangat vital dalam pencegahan terorisme di Indonesia. Yang pasti, FKPT menjadi garda terdepan dengan senjata kearifan lokal dalam mencegah kemungkinan aksi terorisme di Indonesia.
“FKPT berperan dalam membantu memonitor, memantau, apa masukan dari masing-masing daerah. Yang jelas terorisme ciri utama cenderung eksklusif, dia hanya bergaul di kalangan dia. Cenderung mengkafirkan orang lain. Kalau ada hal-hal seperti ini di masing-masing daerah, segera koordinasikan dengan aparat keamanan atau konfirmasi kepada kita. Agar bisa dikoordinasikan sehingga bisa diambil langkah-langkah pencegahan. Ini namanya deteksi dini,” papar Kepala BNPT.
Menurut Komjen Saud, latar belakang pemikiran dalam pencegahan terorisme ada beberapa hal. Salah satunya adalah masih adanya upaya untuk menggantikan Pancasilan & UUD 45 sebagai dasar dan falsafah. Tapi ada sebagian WNI menginginkan khilafah.
“Kartosuwiro dengan DI/TII, Kahar Muzakar di Sulsel, dan di Aceh ada GAM. Kemudian menjelma menjadi Jamaah Islamiyah (JI), kemudian diganti Majelis Mujahidin Indonesia, kemudian berganti Jamaah Ansyaruttauhid, dan sekarang berganti ISIS. Apapun namanya semua berganti sesuai kepentingan saat itu. Dulu khilafah dalam negeri, sekarang khilafah global. PR kita semua, sesuai kondisi wilayah masing-masing kearifan lokal sangat menentukan cara bertindak kita,” lanjut Komjen Saud.
Menurutnya, cara bertindak di Makassar dan Jakarta tidak sama. Disitulah diperlukan kearifan lokal. “Kelompok ini berupaya terus membentuk khilafah. Langkah kita ke depan, harus meniadakan kesempatan, supaya mereka tidak bisa berbuat. Syukur-syukur kita bisa mengubah mindset mereka dan ideologi mereka. Bagaimanapun kerasnya seseorang, pasti ada titik lemahnya,” pungkas Kepala BNPT