Tuluangagung – Di jaman global seperti saat ini dimana segala macam informasi sangat terbuka lebar membuat penyebaran paham radikal terorime sudah mulai sistemik dan sangat mengkhawatirkan. Doktrin ideologi radikal bisa menyerang siapa saja, tidak peduli itu anak muda atau tua saja, kaum intelektual pun bisa saja terpengaruh paham radikal terorisme..
Hal tersebut diungkapkan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), Komjen Pol. Drs. Suhardi Alius, MH, saat menjadi pembicara pada acara silaturahmi yang diselenggarakan lembaga pembelajaran Al-Qur’an, Institute of Qur’an Reading and Application (IQRA), di Hotel Crown, Tulungagung, Selasa (15/8/2017).
“Penyebaran paham radikal sekarang ini sudah sangat gawat sekali. Sudah tidak ada sekat. Tidak ada daerah yang steril dari radikalisme, Tulungagung pun tidak (steril). Ingat, doktrin ideologi bisa menyerang siapa saja. Kalau kita tidak gerak cepat untuk mengawasinya tentunya ini akan membahayakan terhadap anak-anak kita nantinya dan tentunya bangsa ini sendiri,” ujar Komjen Pol Suhardi Alius.
Dalam acara bertema Islam Rahmatan Lil-Alamin sekaligus dalam menyambut HUT Kemerdekaan RI ke-72, mantan Kabarekrim Polri ini memberikan pencerahan dalam rangka menjaga dan mengamalkan Pancasila, UUD 1945, NKRI, serta amalan nilai-nilai Bhinneka Tunggal Ika.
“Katanya bangsa Indonesia adalah bangsa yang ramah tamah, penuh senyum, gotong royong, menghargai orang tua dan sebagainya yang bersifat santun. Pertanyaan saya apakah masih ada budaya seperti di negara kita? Sekarang ini sudah berubah sosial budaya yang dimiliki bangsa kita ini,” ujar mantan Kapolda Jawa Barat ini.
Menurut alumni Akpol ini, sebagian besar anak muda Indonesia sekarang sudah melupakan sejarah bangsanya. Bahkan sudah banyak anak muda atau pelajar di negeri ini yang sudah tidak hafal lagi nama pahlawannya.
“Bahkan adat istiadat di daerahnya mereka juga sudah banyak yang tidak tahu. Ini kan masalah kebangsaan dan ini yang harus kita waspadai di tengah era globalisasi ini. Karena kalau kita tidak menjaganya lama-lama nasionalisme kita akan luntur,” ujar Alumni Akpol 1985 ini.
Di hadapan ratusan undangan, mantan Kadiv Humas Polri ini mengingatkan akan kerentanan generasi muda terhadap pupusnya nilai kebangsaan dan paham radikalisme. Lebih lanjut, beliau mengingatkan akan penyebaran ideologi berbahaya dalam konten yang tersebar di internet.
“Kita perlu perkuat lagi resonansi kebangsaan anak muda, ingatkan lagi mereka akan nilai-nilai persatuan kebangsaan kita. Perkembangan teknologi dan globalisasi juga mempengaruhi anak-anak kita. Jadi mari kita lebih peka dan jaga generasi muda dari pengaruh negatif yang dapat meluruhkan kebangsaan dan radikalisme,” ujar pria kelahiran Jakarta, 10 mei 1962 ini mengakhiri.
Sementara dalam kesempatan tersebut Ketua DPRD Tulungagung, Priyono dan Penanggungjawab IQRA, Margiono menyampaikan rasa terimakasih atas kesediaan Kepala BNPT sebagai narasumber dalam meberikan pencerahan mengenai radikalisme.
Dalam lawatannya ke Tulungagung Kepala BNPT didampingi Deputi I BNPT bidang Pencegahan, perlindungan dan Deradikalisasi, Mayjen TNI Abdul Rahman Kadir, dan Direktur Deradikalisasi Prof, Dr. Irfan Idris, MA. Sebelum ke Tuluangagung, Kepala BNPT melakukan kunjungan ke Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) kelas 1 Porong, Sidoarjo untuk bertemu dengan para narapidana kasus terorisme seperti Umar Patek dan tiga narapidana kasus terorisme di Ambon yaitu Ismail Yamsehu, Asep Jaya dan Samsudin alias Fathur.