Banda Aceh – Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT),
Komjen Pol. Prof. Dr. H. Mohammed Rycko Amielza Dahniel, M.Si
mengadakan pertemuan dengan Duta Damai Aceh dan Forum Koordinasi
Pencegahan Terorisme (FKPT) Provinsi Aceh. Acara berlangsung di Canai
Manak KL, Banda Aceh, pada Selasa, 10 September 2024. Pertemuan ini
dihadiri 19 Duta Damai Aceh dan 4 perwakilan FKPT Aceh.
Pertemuan ini merupakan langkah strategis BNPT untuk memperkuat
kolaborasi dengan elemen-elemen lokal dalam menjaga stabilitas dan
perdamaian, serta mencegah penyebaran radikalisme dan terorisme di
wilayah Aceh.
Dalam sambutannya, Komjen Pol. Rycko menyampaikan apresiasi yang
tinggi kepada Duta Damai Aceh dan FKPT Provinsi Aceh atas upaya aktif
mereka dalam pencegahan radikalisme dan terorisme di Aceh. Ia
menegaskan bahwa peran Duta Damai sangat penting dalam menyebarkan
pesan-pesan damai, khususnya di kalangan generasi muda.
“Adik-adik adalah ujung tombak BNPT di Aceh,” ujar Rycko, menunjukkan
pentingnya posisi Duta Damai dalam gerakan anti-radikalisme di
masyarakat.
“Generasi muda harus dilibatkan secara aktif dalam upaya pencegahan
ini karena mereka merupakan target utama kelompok radikal.” Imbuh
jenderal bintang tiga itu.
Komjen Pol. Rycko mengungkapkan keprihatinannya atas maraknya
propaganda ISIS di ruang siber. Menurutnya, kelompok-kelompok teroris
kini menyebarkan ideologi mereka melalui narasi yang dibalut dengan
konsep liberalisme dan kapitalisme, yang dapat menyesatkan dan menarik
simpati masyarakat.
“Propaganda ISIS masih ditemukan banyak di ruang siber, mereka
mengemasnya dengan narasi liberalis, kapitalis, dan sebagainya,”
katanya.
Rycko menegaskan bahwa masyarakat harus lebih waspada terhadap upaya
kelompok radikal yang menggunakan cara-cara manipulatif untuk menarik
pengikut baru. “Kita harus waspada dengan bingkisan-bingkisan semacam
itu,” lanjutnya.
Selain itu, Rycko menyoroti pentingnya memperhatikan ancaman
tersembunyi dari radikalisme, yang diibaratkannya sebagai “puncak
gunung es”. Ia menggambarkan bahwa ancaman ini mungkin tampak kecil di
permukaan, tetapi sesungguhnya akar masalahnya sangat dalam dan luas.
“Ancaman radikalisme dan terorisme masih mengintai di bawah tanah,
tidak bisa disepelekan,” ujar Rycko dengan tegas.
Walaupun Indonesia hingga saat ini berhasil menjaga status zero
terrorism attack, ia mengingatkan bahwa bahaya radikalisme tetap ada
dan memerlukan pengawasan yang berkelanjutan.
Rycko juga memberikan contoh dari Paus Fransiskus sebagai tokoh dunia
yang berhasil mempromosikan toleransi dan perdamaian. Ia menilai bahwa
masyarakat Indonesia perlu mencontoh pendekatan ini dalam membangun
toleransi antarumat beragama, demi memperkuat persatuan nasional.
Selanjutnya, ia menegaskan bahwa konsep Khalifah dalam Al-Qur’an
mengajarkan pentingnya hubungan harmonis antarbangsa yang dimulai dari
individu, baik laki-laki maupun perempuan, yang saling mengenal dan
hidup berdampingan. Bukan konsep eksklusif yang dipropagandakan oleh
kelompok ekstremis.
Selama diskusi, Duta Damai Aceh melaporkan beberapa inisiatif yang
telah mereka lakukan dalam upaya pencegahan radikalisme. Mereka telah
aktif berkoordinasi dengan sekolah-sekolah dan pesantren di Aceh untuk
memberikan edukasi terkait bahaya radikalisme.
“Inisiatif ini disambut baik oleh Kesbangpol dan FKPT, yang turut
mendukung berbagai program yang dilaksanakan oleh Duta Damai.” Ujar
koordinator Duta Damai Aceh, Teuku Rizza Muly.
Mereka mengungkapkan rencana besar untuk memproduksi sebuah film yang
melibatkan anak muda dari seluruh Sumatera dalam sebuah acara besar
yang bertajuk “Festival Damai”. Festival ini bertujuan untuk
menyebarkan pesan damai melalui media yang lebih akrab dengan generasi
muda.
“Kami punya agenda, buat film dari anak muda tapi lintas Sumatera,
dalam satu kegiatan besar namanya Festival Damai,” ujar salah satu
perwakilan Duta Damai.
Mereka berharap proyek ini bisa menjadi kolaborasi jangka panjang
dengan BNPT dan turut mendukung gerakan pencegahan radikalisme melalui
pendekatan yang kreatif.
Kepala BNPT menyambut baik inisiatif Duta Damai Aceh ini. Menurutnya,
proyek film yang dirancang oleh Duta Damai sangat potensial untuk
menyebarkan pesan-pesan damai di kalangan anak muda, yang merupakan
segmen masyarakat paling rentan terhadap pengaruh radikalisme.
“Film ini bagus karena pasarnya jelas, bukan seperti koran yang minim
minat pembaca sehingga kurang tepat sasaran” kata Rycko, menekankan
bahwa penggunaan media yang tepat sangat penting dalam menyampaikan
pesan pencegahan terorisme.
Pertemuan ini turut dihadiri oleh Deputi I BNPT Mayjen TNI Roedy
Widodo dan Direktur Pencegahan BNPT Prof. Dr. Irfan Idris, yang
keduanya turut memberikan dukungan terhadap inisiatif-inisiatif yang
telah dijalankan Duta Damai dan FKPT di Aceh. Mereka berharap agar
Duta Damai Aceh terus memperkuat kerjasama dengan BNPT dan FKPT, serta
semakin kreatif dalam menyusun program-program yang menyasar kelompok
muda di Aceh dan sekitarnya. Dari Polda Aceh, turut hadir wakil
direktur bina masyarakat Polda Aceh AKBP Dhani Catra Nugraha
S.H.,S.I.K.,M.H. beserta staf terkait.
Kepala BNPT mengakhiri dengan menegaskan bahwa upaya pencegahan ini
bukan hanya tanggung jawab pemerintah, tetapi juga melibatkan seluruh
elemen masyarakat, termasuk Duta Damai dan FKPT. Dengan semangat
kerjasama yang kuat antara BNPT, Duta Damai, dan FKPT, diharapkan Aceh
dapat terus menjadi wilayah yang damai dan terhindar dari pengaruh
paham radikal yang merusak.
Acara silaturahmi ini ditutup dengan penyerahan cinderamata oleh FKPT
kepada Kepala BNPT sekaligus meneguhkan komitmen bersama untuk terus
bersinergi dalam menjaga perdamaian di Aceh dan mencegah penyebaran
radikalisme serta terorisme di seluruh lapisan masyarakat.