Bantul – Badan Nasional Penanggulangan Terorisme melalui Forum
Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) Daerah Istimewa Yogyakarta
menggelar kegiatan bertajuk Kenali dan Peduli Lingkungan Sendiri
(Kenduri) Desa Damai sebagai upaya menguatkan kearifan lokal dalam
pencegahan radikalisme dan terorisme di Balai Desa Jatimulyo,
Kabupaten Bantul, DIY, Sabtu (26/8/2023).
Sekretaris FKPT DIY Isnudewo mengatakan kegiatan ini dilakukan karena
memandang penting aspek pencegahan yang bersifat lunak dalam upaya
mewaspadai berkembangnya radikalisme dan terorisme yang membajak
kepercayaan tertentu di masyarakat.
“Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang besar, di mana memiliki
berbagai suku dan budaya di dalamnya, kearifan lokal membantu
membentuk karakter serta perekat persatuan pada bangsa ini sejak
dahulu kala,” katanya.
Menurut dia, santun dalam berperilaku, musyawarah mufakat dalam
menyelesaikan masalah, kearifan lokal yang kaya dengan pluralitas,
sikap toleransi, semangat gotong-royong merupakan karakter masyarakat
Indonesia.
“Kearifan lokal dapat berfungsi menjadi penyaring bagi nilai-nilai
dari luar yang kurang sesuai dengan kultur budaya bangsa,” kata
Isnudewo.
Ia mengatakan pendekatan lunak dalam pencegahan radikalisme dan
terorisme termasuk dalam strategi penanggulangan terorisme yang
dilakukan oleh Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT).
Oleh karena itu, penguatan nilai-nilai toleransi dan tradisi pada
suatu daerah merupakan langkah yang efektif dalam pencegahan paham
radikal dan terorisme, khususnya bagi generasi muda, baik Gen Z maupun
milenial.
“Melalui kegiatan Kenduri Desa Damai dalam pencegahan radikalisme dan
terorisme merupakan usaha bersama untuk mewaspadai paham radikal
terorisme dalam rangka merawat perdamaian, toleransi dan kebhinekaan
Indonesia,” katanya.
Isnudewo berharap kegiatan yang diikuti peserta dari aparatur desa dan
perwakilan elemen masyarakat ini dapat memberikan pemahaman kepada
berbagai elemen masyarakat, khususnya aparatur desa mengenai
pentingnya kearifan lokal dalam upaya pencegahan terorisme.
Kemudian memberikan gambaran secara jelas kepada berbagai elemen
masyarakat khususnya aparatur desa mengenai terorisme di Indonesia,
meliputi ancaman, kerawanan, hingga perkembangannya sebagai bagian
dari kewaspadaan bersama dalam pencegahan.
“Dan juga memberikan bekal kepada aparatur desa untuk melawan paham
radikal terorisme melalui re-definisi kearifan lokal di masing-masing
daerah,” katanya.
Dia juga berharap kegiatan ini dapat memberikan wawasan dan pemahaman
kepada aparatur desa mengenai pentingnya kearifan lokal dalam menjaga
persatuan dan kesatuan bangsa, dan memberikan dasar pokok pikiran bagi
pengembangan karakter aparatur desa untuk mencintai Tanah Air dan
bangsanya.
“FKPT yakin bahwa dalam konteks pencegahan radikal terorisme,
pendekatan lunak adalah pilihan yang paling tepat. Kita tentunya
sangat ingin mencegah paham radikalisme dan aksi terorisme tanpa harus
menimbulkan kebencian dan dendam berkepanjangan kepada pemerintah,”
katanya.