Jakarta – Kementerian Luar Negeri masih mengupayakan evakuasi 17 WNI yang melarikan diri dari ISIS di Raqqa, Suriah. Menurut Direktur Perlindungan WNI dan Badan Hukum Indonesia Kementerian Luar Negeri Lalu Muhammad Iqbal, Kamis (10/8/2017) mengatakan, Pemerintah Indonesia masih membuka komunikasi dengan berbagai pihak yang menguasai wilayah Suriah termasuk dengan Otoritas Kurdi Suriah Utara.
Kemenlu sudah menjalin komunikasi dengan otoritas setempat, akan tetapi kondisi keamanan di lapangan membuat proses evakuasi menjadi sulit. “Banyak kelompok berbeda menguasai wilayah tersebut,” kata Iqbal.
Dalam komunikasi awal, Pemerintah Indonesia lebih banyak meminta hasil investigasi terhadap para WNI tersebut selama dua bulan terakhir. “Kami memperoleh informasi bahwa mereka bukan fighters. Mereka berada di Raqqa hanya 40 hari pertama dan sisanya di penjara serta di rumah isolasi sampai mereka melarikan diri dengan bantuan pihak ketiga pada tanggal 10 Juni lalu,” tutur Iqbal.
Dikatakan, ke-17 WNI tersebut terdiri atas 12 perempuan dan lima laki-laki dewasa. Lebih rinci lagi, terdapat tiga balita, satu remaja berusia 13 tahun, dan dua remaja lain di bawah umur.
Pihak Kemlu sudah mengetahui keberadaan mereka sejak pertengahan Juni lalu di Ain Issa dan Kobane, Suriah, letaknya kurang lebih 500 km dari Erbil, Ibukota Pemerintahan Regional Kurdistan yang masih bagian dari Irak.
Informasi terakhir yang diperoleh Kemlu, ke-17 WNI tersebut berada di bawah salah satu faksi Kurdi Suriah anti ISIS yang menguasai Suriah Bagian Utara, ujar Iqbal.
Sebelumnya, kantor berita AP melansir pada Rabu kemarin, pejabat Kurdi Suriah menyatakan ke-17 orang tersebut sudah diserahkan ke perwakilan otoritas Indonesia. Namun, pihak Kemenlu mengatakan Pemerintah Indonesia masih mengupayakan pembebasan mereka.