Kemenhan Ingatkan Ancaman Intoleransi & Ekstrimisme di Perguruan Tinggi Umum itu Nyata

Jakarta – Direktur Bela Negara Kementerian Pertahanan Brigjen (TNI) Sarwono menyebut Perguruan Tinggi Umum (PTU) menjadi sasaran dan target penyebaran paham intoleransi dan esktremisme. Hal tersebut berdasarkan berbagai asesmen dan kajian bermacam lembaga, indikasi intoleransi dan ekstremisme tersebut terpenuhi dan nyata ditemui.

“Perguruan Tinggi Umum (PTU) menjadi sasaran yang dipandang penting dan strategis untuk penyebaran paham intoleransi oleh pengusung ideologi transnasional radikal. Jadi, ancaman intoleransi itu nyata di PTU,” kata Sarwono dalam launching Gerakan Mahasiswa Moderasi Beragama dan Bela Negara di Universitas Indonesia Depok, Senin (5/12).

Sarwono menyampaikan temuan BNPT Tahun 2018 menunjukkan 39 persen mahasiswa di tujuh perguruan tinggi negeri terpapar paham intoleransi. “Harus disadari, fenomena ini terus berjalan dan bergerak mencari mangsanya,” tutur dia.

Sarwono menyebut hal yang terjadi di lapangan memperkuat afirmasinya. Misalnya, seorang mahasiswa PTU diduga kuat terlibat dalam aksi pengumpulan dana untuk membantu Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) di Indonesia.

Dalam aksi tersebut, selain untuk penggalangan dana, media sosial digunakan oknum tersebut untuk propaganda ideologi radikal. Dalam kaitan fenomena itu, Rektor Universitas Indonesia, Ari Kuncoro, memberikan pandangannya.

“Perkembangan media sosial dan internet pada gilirannya justru turut membawa informasi-informasi yang eksesif dan menimbulkan polarisasi di masyarakat,” tutur dia.

Ari menuturkan teknologi yang awalnya diharapkan menjadi lentera ilmu dan media diseminasi pengetahuan, saat ini justru menjadi media penyebaran hoaks, fitnah, dan ujaran kebencian yang mengancam persatuan.

“Di tengah arus deras globalisasi dan percaturan ideologi dunia, tampaknya masyarakat merasa semakin resah dan kian membutuhkan pegangan dalam kehidupan sehari-hari. Agama dipandang mampu menawarkan pedoman dalam menghadapi realitas sosial yang abu-abu, di mana batas antara yang benar dan yang salah itu semakin kabur,” tutur dia.

Perkembangan teknologi informasi tersebut pada dasarnya merupakan dinamika peradaban bermata dua. Hari ini, kita tengah mengalami kemewahan dalam bentuk perkembangan teknologi.

“Kontribusi teknologi informasi dalam menunjang hajat hidup manusia sungguh besar dan menentukan banyak hal,” jelas Direktur Jenderal Pendidikan Islam Muhammad Ali Ramdhani. (HP)