Jakarta – Direktur Jenderal Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kementerian Dalam Negeri ( Dirjen Dukcapil Kemendagri) Zudan Arif menduga KTP warga Mojokerto atas nama Syamsul Hadi Anwar yang ditemukan di Yaman merupakan KTP palsu.
Alasannya, KTP yang ditemukan saat penggerebekan markas jaringan ISIS di Al Bayda itu menggunakan Nomor Induk Kependudukan atas nama lain, yakni Ridho Rahman Munanto.
“Iya, saya menduga KTP itu palsu karena saya gak melihat fisik aslinya hanya melihat datanya. Datanya NIK-nya adalah milik namanya Ridho Rahman Munanto,” ujar Zudan di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, seperti dikutip detik.com, Selasa (1/9).
Zudan mengatakan, sebelumnya Dukcapil telah melakukan penelusuran data terlebih dahulu berdasarkan NIK yang tertera di KTP di dalam video beredar. Hasilnya, memang NIK tersebut sudah lebih dahulu digunakan atas nama Ridho baru setelahnya dicuri atau dipalsukan ke dalam KTP atas nama Syamsul.
“Jadi sejak tahun 2006 KTP itu kan dibuat 2008 yang tertulis yang ditemukan di luar negeri itu, itu dibuat tahun 2008 masa berlakunya sampai 2013. Kalau dulu kan berlakunya lima tahun. Sedangkan atas nama Ridho itu sudah dibuat sejak tahun 2006. Jadi NIK itu sudah atas nama Ridho sejak tahun 2006,” kata Zudan.
Zudan mengatakan pihaknya juga sudah mengklarifikasi langsung ke siempunta NIK. Diketahui Ridho tidak ada kaitannya dengan Syamsul yang KTP palsunya ditemukan di markas ISIS.
“Oh sudah, sudah cek. Orangnya (Ridho) ada di Nganjuk. Enggak (terkait). Jadi NIK-nya Ridho dipakai untuk membuat KTP dengan nama itu, nama yang saya sebutkan tadi, Syamsul Hadi Anwar,” ujarnya.
Sebelumnya, media sosial Twitter dihebohkan dengan penemuan KTP Warga Mojokerto di markas ISIS di Provinsi Al Bayda, Yaman. Penemuan KTP itu diketahui dari video yang diunggah akun Twitter @Natsecjeff pada Sabtu (29/8).
Dalam video itu, diperlihatkan pasukan militan Houti yang baru saja menyerbu markas ISIS. Saat melakukan penyisiran, salah seorang prajurit menemukan KTP orang Indonesia dan sejumlah pecahan mata uang rupiah.