Jakarta – Kantor Kementerian Agama Kota Jakarta Selatan menggandeng
Densus 88 Anti Teror Polri dalam upaya Strategi Deteksi Dini
Pencegahan IRET (Intoleransi, Radikalisme, Ekstrimisme, dan Terorisme)
di lingkungan madrasah Kota Jakarta Selatan.
Kepala Kankemenag Kota Jakarta Selatan M. Yunus Hasyim mengatakan,
berdasarkan penelitian dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN)
sekolah menjadi salah satu tempat yang rentan terhadap penyebaran
ekstremisme.
Menurut Yunus, penyebaran paham IRET mengikuti perkembangan zaman.
Sehingga, guru harus mampu menjadi agen pencerah bagi siswa dan
memberikan edukasi tentang bahaya paham radikalisme.
“Pemahaman terkait moderasi beragama harus selalu ditanamkan dalam
pemahaman peserta didik,” kata Yunus dikutip dari laman Kemenag,
Selasa (16/7).
Terlebih bangsa Indonesia merupakan bangsa yang majemuk dan heterogen,
sehingga banyak sekali keragaman yang ada di Indonesia.
“Moderasi Beragama menolak ekstremisme dan liberalism dalam beragama
adalah kunci keseimbangan agar terpeliharanya peradaban dan
terciptanya perdamaian,” kata Yunus.
Tak hanya itu, menurutnya, pemahaman moderasi beragama juga bisa
mempererat kerukunan umat beragama khususnya di madrasah.
Diharapkan, peserta didik ke depannya dapat menjadi generasi moderat,
toleran, memahami dan mengamalkan ajaran agama secara seimbang.