Kemah Moderasi di Grobogan: Merawat Toleransi, Menyemai Harmoni

Grobogan  – Upaya menanamkan nilai-nilai moderasi beragama terus digalakkan di berbagai daerah. Salah satu inisiatif terbaru datang dari Kabupaten Grobogan, di mana Kantor Kementerian Agama (Kemenag) setempat bekerja sama dengan Ikatan Penyuluh Agama Republik Indonesia (IPARI) Grobogan menggelar Kemah Moderasi Beragama, Sabtu-Minggu, 26–27 Juli 2025.

Berlokasi di Desa Penadaran, Kecamatan Gubug — yang dikenal sebagai salah satu desa wisata unggulan — kegiatan ini diikuti oleh 100 penyuluh lintas agama, terdiri dari Islam, Kristen, Katolik, dan Hindu. Selain mempererat silaturahmi antar penyuluh, kemah ini menjadi ruang refleksi dan pembelajaran bersama tentang pentingnya hidup damai dalam keberagaman.

Acara dibuka secara resmi oleh Kepala Kanwil Kemenag Jawa Tengah, Saiful Mujab, didampingi oleh Kepala Kemenag Grobogan, Fahrur Rozi, dan Kasi Bimas Islam, Abdul Rouf. Dalam sambutannya, Saiful Mujab menyampaikan apresiasi atas terselenggaranya kegiatan yang dinilainya strategis untuk memperkuat peran penyuluh di tengah masyarakat.

“Penyuluh agama adalah garda terdepan dalam menjaga kerukunan. Kemah ini memberikan energi baru agar mereka bisa terus membimbing masyarakat memahami agamanya dengan benar dan membangun kehidupan yang saling menghargai,” ujar Mujab.

Ia menekankan pentingnya pendekatan yang inklusif dan humanis dalam menyampaikan pesan-pesan agama, agar lebih mudah diterima di tengah masyarakat yang majemuk. Moderasi beragama, menurutnya, bukan hanya wacana, tetapi harus menjadi gerakan bersama yang nyata dalam kehidupan sehari-hari.

Kasi Bimas Islam, Abdul Rouf, menambahkan bahwa kemah ini bertujuan menginternalisasi nilai-nilai utama dalam moderasi beragama, seperti toleransi, keadilan, anti-kekerasan, penghormatan terhadap budaya lokal, dan komitmen kebangsaan.

Sebagai tanda dimulainya kegiatan, dilakukan pemukulan gong oleh Kakanwil Kemenag Jateng, disusul dengan penanaman pohon secara simbolis sebagai bentuk dukungan terhadap program ekoteologi, yakni pengintegrasian nilai-nilai keagamaan dengan kepedulian terhadap lingkungan.

Melalui kegiatan ini, Kemenag Grobogan berharap para penyuluh bisa menjadi motor penggerak kerukunan dan toleransi di tengah masyarakat yang plural.

“Kita ingin para penyuluh menjadi pelopor sikap saling menghormati. Mereka akan jadi ujung tombak dalam merawat keberagaman sebagai kekuatan, bukan sumber perpecahan,” tutup Fahrur Rozi.