Jakarta – Keluarga dari dua korban serangan militan ISIS di pusat kota Wina menuntut pemerintah Austria memberikan kompensasi. Tuntutan itu dilayangkan karena pemerintah dinilai gagal mencegah serangan teror yang terjadi pada November 2020.
Dilansir AFP, Selasa (16/2/2021), simpatisan ISIS, Kujtim Fejzulai, membunuh empat orang sebelum ditembak mati oleh polisi dalam serangan besar pertama di Austria selama beberapa dekade dan yang pertama dituduhkan pada seorang jihadis. Ibu dari salah satu korban yang merupakan pelajar dari Jerman berusia 24 tahun dalam penembakan itu menuntut kompensasi.
“Pemerintah Austria tidak melakukan segala daya mereka untuk mencegah serangan semacam itu,” kata pengacara Norbert Wess kepada AFP.
Berdasarkan laporan independen yang diperintahkan secara resmi atas kegagalan keamanan menjelang serangan itu baru-baru ini memperoleh temuan. Bahwa ada beberapa peluang yang terlewatkan untuk bertindak berdasarkan tanda-tanda peringatan serangan teror oleh Fejzulai itu.
Keluarga korban sebenarnya telah ditawari total 5.800 euro ($ 7.025) sebagai kompensasi dan bantuan untuk biaya pemakaman. Namun, Wess mengatakan jumlah itu bahkan tidak cukup untuk menutupi biaya pengangkutan jenazah ke Jerman.
Dalam naskah gugatan itu mengatakan bahwa ibu korban harus dirawat karena depresi dan minum obat setiap hari, serta tidak fit untuk bekerja. Gugatan itu menuntut total lebih dari 104.000 euro untuk mencerminkan trauma yang diderita keluarga dan tingginya biaya pemakaman.
Selain itu, keluarga tersebut merasa diperlakukan karena ketidakpekaan otoritas Austria setelah serangan itu. Tak hanya itu, untuk menerima kompensasi, saudara perempuan korban harus membuktikan, melalui foto dan sarana serupa, bahwa ada ikatan emosional yang erat dengan korban.
Selain itu, pengacara dari orang tua dari korban lainnya mengaku juga mengajukan gugatan menuntut kompensasi. Gugatan menuntut kompensasi itu diajukan dengan alasan yang sama.
“Kami akan menuntut kompensasi atas kesedihan, keterkejutan dan biaya pemakaman,” kata Mathias Burger.
Burger mengatakan ada kegagalan pemerintah dalam mengantisipasi serangan yang dilakukan Fejzulai. Burger mengatakan telah terjadi pengabaian berat dari pihak berwenang.
Dia mengatakan tuntutan tersebut sebesar 30.000 euro untuk setiap orang tua, ditambah biaya pemakaman dan kompensasi tambahan untuk ibu korban. Ibu korban digambarkan mengalami trauma berat.
“Kami berharap bisa menyelesaikan ini tanpa melalui persidangan,” ujarnya.