Maputo – Anak-anak berusia 11 tahun dipenggal di Mozambik oleh kelompok teroris yang telah menewaskan ribuan orang dan memaksa lebih banyak orang meninggalkan rumah mereka, kata kelompok bantuan Save the Children yang berbasis di Inggris.
Save the Children mengatakan telah berbicara dengan keluarga pengungsi yang menggambarkan “adegan mengerikan” dari pembunuhan, termasuk ibu yang putranya terbunuh. Dalam satu kasus, wanita itu bersembunyi, tidak berdaya, dengan tiga anaknya yang lain ketika dia yang berusia 12 tahun dibunuh di dekatnya.
“Kami mencoba melarikan diri ke hutan, tetapi mereka mengambil putra sulung saya dan memenggalnya,” kata Elsa, perempuan 28 tahun yang keterangannya dikutip Save the Children, Selasa (16/3).
“Kami tidak bisa berbuat apa-apa karena kami akan dibunuh juga,” ujar Elsa, menambahkan.
Seorang ibu lainnya, Amelia (29), mengatakan bahwa putranya baru berusia 11 tahun ketika dia dibunuh oleh orang-orang bersenjata.
Direktur Save the Children di Mozambik Chance Briggs mengatakan laporan serangan terhadap anak-anak “membuat kami sakit hati”.
“Kekerasan harus dihentikan dan keluarga yang mengungsi perlu didukung saat mereka menemukan hubungan mereka dan pulih dari trauma,” lanjut Briggs.
Provinsi paling utara Mozambik, Cabo Delgado, sejak 2017 menjadi rumah bagi pemberontakan yang terkait dengan ISIS, yang telah meningkat secara dramatis dalam setahun terakhir.
Meskipun pemenggalan kepala selalu menjadi ciri khas serangan tersebut, sepanjang tahun 2020 para pemberontak mulai secara teratur melibatkan militer untuk merebut dan mempertahankan kota-kota utama. Kebrutalan juga berlanjut, dengan pembunuhan massal termasuk pembunuhan sekitar 52 orang sekaligus di desa Xitaxi pada April tahun lalu.
Secara keseluruhan, hampir 2.700 orang di semua pihak telah tewas dalam kekerasan itu, menurut Proyek Lokasi & Data Peristiwa Konflik Bersenjata (ACLED), sebuah konsultan yang melacak kekerasan politik. Hampir 670.000 orang telah mengungsi, kata Save the Children.
Amerika Serikat (AS) pekan lalu menyatakan kelompok Mozambik sebagai organisasi teroris asing atas hubungannya dengan ISIS, dengan mengatakan kelompok itu dilaporkan berjanji setia kepada ISIS pada awal 2018. ISIS mengklaim serangan pertamanya di Cabo Delgado pada Juni 2019.
Kedutaan Besar AS di Mozambik pada Senin (15/3) mengatakan pasukan khusus AS akan melatih marinir Mozambik selama dua bulan, dengan negara itu juga menyediakan peralatan medis dan komunikasi, untuk membantu Mozambik memerangi pemberontakan.
Amnesty International menemukan sebelumnya pada Maret bahwa kejahatan perang dilakukan oleh semua pihak dalam konflik, dengan pasukan pemerintah juga bertanggung jawab atas pelanggaran terhadap warga sipil aebuah tuduhan yang telah dibantah oleh pemerintah.