Kelompok Teroris Ikut Memanfaatkan Gerakan #2019GantiPresiden

Jakarta – Mantan Alumni Pelatihan Militer Afghanistan yang juga Ketua Forum Komunikasi Alumni Afghanistan Indonesia, Ahmad Sajuli menyatakan bahwa kelompok teroris mulai memanfaatkan isu politik di Indonesia. Pasalnya, isu politik menjadi alat yang paling efektif untuk memecah belah persatuan bangsa.

“Kelompok teroris melihat Indonesia di ambang konflik komunal dan ikut memanfaatkan gerakan #2019GantiPresiden. Saya sangat yakin itu,” tegas Ahmad Sajuli kepada wartawan dan dikutip rmol, Minggu (9/9).

“Saya punya pengalaman militer di Afghanistan. Dan sangat jelas mereka mendambakan terjadinya chaos di suatu negara. Karena chaos adalah peluang bagi ‘jihaders’ untuk mengambil peran,” sambungnya lagi.

Menurutnya, komunitas anti rezim saat ini memang menemukan komunitasnya, walau masing-masing punya agenda. Meski begitu, “jihadis” akan terus memasang mata dan kuping menunggu saat yang ditunggu-tunggu itu yaitu konflik. Orientasi umum gerakan “jihad” saat ini adalah tamkin, yaitu tegaknya Syariat Islam versi mereka menjadi konstitusi utama.

Ahmad Sajuli juga mengingatkan bahwa generasi al-Qaeda hari ini memiliki keunggulan dan wajib diwaspadai karena bisa masuk ke dalam gerakan Pilpres tersebut. Mereka, sambung Sajuli, gerakannya sangat efektif dan mampu membaur bersama ribuan orang dalam sekali waktu. Mereka juga lincah bergerak dengan memanfaatkan perasaan umat Islam. Selain itu, tambahnya, mereka juga cerdas dalam berorganisasi dan rapi serta punya kedisiplinan tinggi.

Kelompok separatis al-Qaeda hari ini, sambungnya, adalah organisasi yang adaptif. Mereka punya kemampuan untuk memanfaatkan kekacauan dan gejolak perubahan revolusioner guna menciptakan basis operasional dan rumah baru.

Mereka juga menjadi lebih susah diprediksi, lebih otonom dan oportunis, serta lebih kuat. “Kelompok al-Qaeda bisa mendapatkan senjata baru, rekrutan baru, sumber dana baru, serta safe haven baru,” kata Sajuli.

“Sementara ISIS, mereka juga diuntungkan dengan chaos di sebuah negara. Meski tak secerdas al-Qaeda, keduanya merupakan ancaman. Apalagi ancaman menjelang pemilihan umum 2019 yang sekarang gesekannya sudah terasa antara dua kubu,” ungkap Sajuli menutup analisisnya.