Sebagai sebuah kejahatan luar biasa, terorisme tidak pernah behenti menebar ancaman bagi masyarakat. Data terbaru menunjukkan bahwa aksi terorisme mulai mengincar wisatawan asing, kasus ini telah terjadi di Bulgaria. Demikian disampaikan oleh Sapto Priyanto dalam Focus Group Discussion (FGD) Sosialisasi SOP Sistem Keamanan Destinasi Wisata Dalam Menghadapi Ancaman Terorisme di Sahati Boutique Hotel, Jakarta, Kamis (22/10/2015).
Dalam paparannya Sapto menjelaskan bahwa aksi terorisme yang ditujukan pada wisatawan asing dimaksudkan untuk memberi pesan perang kepada dunia. Aksi teror ini dilakukan dengan perencanaan yang sangat matang. Dalam kasus Bom Bis di Bulgaria misalnya, pelaku bom memeriksa langsung jadwal kedatangan pesawat luar negeri di bandara. Ia bahkan mempelajari siapa saja yang akan datang dan kemana mereka akan berkunjung.
Pada kasus di atas, sasaran aksi teror adalah wisatawan asal Israel. Pelaku teror menunggu kedatangan pesawat, dan ketika wisatawan asal Israel mulai keluar dari bandara dan memasuki bis, ia lalu menyelinap masuk kedalam bisa dan meledakkan diri.
Apa yang terjadi di Bulgaria ini menarik perhatian BNPT, terutama karena dua alasan utama; Pertama, Indonesia telah menjadi salah satu destinasi pariwisata dunia, dimana wisatawan asing banyak berdatangan di negeri ini. Kedua, Indonesia menghadapi pasar bebas asean yang disatu sisi semakin membuka lebar mobilitas masyarakat.
Karenanya, BNPT bekerja cepat untuk menyelesaikan Standar Operasional Prosedur (SOP) untuk Sistem Keamanan Destinasi Wisata dalam menghadapi ancaman terorisme. Upaya ini merupakan bagian dari program perlindungan yang dijalankan BNPT melalui Direktorat Perlindungan. Salah satu usulan yang muncul dalam FGD ini adalah meningkatkan peran polisi pariwisata, yakni dengan membekali para personil dengan kemampuan dan pengetahuan yang memadai guna mencegah aksi terorisme di Indonesia.