Surabaya – Seluruh lapisan masyarakat diharapkan bisa menjadi agent perdamaian di lingkungannya termasuk kaum perempuan. Karena kaum perempuan saat ini mempunyai tugas yang lebih. Konsep kesetaraan yang ada selama ini harus dilihat dari berbagai kebudayaan yang berbeda-beda juga..
Hal tersebut dikatakan Direktur Perlindungan BNPT, Brigjen Pol. Drs. Herwan Chaidir saat menjadi pembicara dalam acara Rembuk Kebangsaan yang diselenggaakan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) bersama Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) provinsi Jawa Timur di Hotel Elmi Surabaya, Kamis (9/3/2017)
“Kaum perempuan harus bisa menjadi pelopor dan kunci untuk mewujudkan perdamaian yang ada di Indonesia. Perempuan adalah tiang Negara, ketika wanitanya baik maka baik jugalah negaranya.,” ujar Brigjen Herwan Chaidir .
Alumni Akpol tahun 1987 ini mengatakan, informasi perkembangan tentang radikalisme terorisme di Indonesia saat ini berkembang cukup cepat, yakni melalui dunia maya. “Terorisme ingin menggulingkan pemerintahan yang sah. Kekerasan terorisme mengarah untuk melawan eksistensi pemerintah,” ujar pria yang pernah menjadi Kapolres Gorontalo ini.
Menurutnya, ada berbagai macam pola pendekatan kepada masyarakat agar terhidar dari pengaruh paham radikalisme dan terorisme. “Pendekatan itu sangat penting, terutama pendekatan dalam lingkungan keluarga. Peran dan perhatian dari kaum wanita dalam keluarga sangat dibutuhkan agar rumah tangga terlihat harmonis,” ujarnya.
Dirinya mencontohkan modus operandi penjaringan perempuan dalam pelibatan gerakan terorisme dengan menikah secara online. Contohnya ya Dian Yuia Novi pelaku bom panci yang tertangkap di Bekasi pada tahun 2016 lalu
“Entah itu karena dia sama suaminya kawin melalui online dia sudah berani untuk memutuskan dirinya sebagai pelaku atau pengantin untuk melakukan bom bunuh diri. Tujuan mereka berharap surga dan mendapat jaminan kehidupan yang lebih baik. Itu kan pemahaman agama yang salah,” ujarnya
Mantan Kasubden Bantuan Operasional Densus 88 Mabes Polri ini mengatakan bahwa lingkungan yang tidak dijaga dan dibina secara salah akan menimbulkan pemahaman radikalisme. “Untuk itu peran masyarakat perlu ditingkatkan, perlu ditanamkan rasa nasionalisme, cinta NKRI dan ruang dialog kebangsaan. Selain itu perlu adanya kontrol terhadap keluarga dan anak-anaknya agar jangan sampai terpapar dengan paham-paham yang masuk melalui jaringan internet,” ujarnya mengakhiri.