Tangsel – Menangai persoalan radikalisme itu tidak bisa dengan sporadis, namun harus simultan. Penegasan itu disampaikan Walikota Tangerang Selatan (Tangsel) Hj. Airin Rachmi Diany, S.H., M.H., M.Kn., saat menghadiri workshop Lomba Video Pendek dan Diskusi Film “Satu Indonesia” di Soll Marina Hotel, Tangerang Selatan, Kamis (24/10/2019).
“BNPT jangan dibiarkan sendirian bekerja menangani radikalisme. Semua stakeholder harus bekerjasama karena saat ini radikalisme seperti tengah ‘dipanen’. Kita tidak boleh membiarkan hal ini,” ujar Airin.
Airin menilai, salah upaya untuk mengatasi radikalisme adalah dengan kembali menanamkan nilai-niliai Pancasila kepada masyarakat, terutama generasi muda. Menurutnya, Pancasila adalah suatu hal yang mutlak bagi agama apapun. Hal itu dibuktikan oleh para pendiri bangsa saat menyusun Pancasila dengan menyebut sila pertama Ketuhanan Yang Maha Esa.
Ia juga meminta seluruh anak bangsa untuk menyikapi kemajuan teknologi dengan keberadaan media sosial (medsos) dengan bijaksana. Pasalnya, medsos menjadi ‘sarang’ penyerangan berita bohong (hoaks) yang bertujuan memecah belah bangsa.
“Kita hidup di jaman digitalisasi. Kuncinya kalian jangan percaya hoaks tanpa memahami isi beritanya. Jangan mudah menyebarkan berita-berita yang tidak benar. Kita wajib cek dan ricek,” tegasnya.
Disamping itu, Airin menyarankan menjaga komunikasi yang baik antara masyarakat dan ulama agar senantiasa mendapatkan bimbingan ajaran yang benar. Dengan demikian bila mendapat bimbingan yang benar, tentu masyarakat tidak mudah terpapar paham radikal.
“Radikal adalah paham, sikap dan muncul karena intoleransi, fanatisme, dan eksklusivitas strategi Untuk mencegahnya adalah dengan memperdayakan Forum Kerukunan Umat Beragama, tokoh, pimpinan atau lembaga keagamaan dalam mewujudkan keamanan, ketertiban, ketentraman, kerukunan, kedamaian di kehidupan masyarakat,” papar Airin.
Di tempat yang sama, Ketua Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) Banten Brigjen Pol. (Purn) Hj. Rumiah Katoredjo menambahkan, dunia pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting, strategis dan teramat dibutuhkan dalam pencegahan radikalisme dan terorisme. Dalam hal ini, peran guru sangat vital dalam menanamkan cinta tanah air dan bangsa kepada murid sebagai bagian upaya menjaga keutuhan NKRI.
“Generasi muda adalah simbol perubahan. Lakukan perubahan untuk mengkonter orang-orang yang memecah belah persatuan dan kesatuan terutama di media sosial,” kata Rumiah.
Menurutnya, internet dan media sosial saat ini menjadi senjata dalam menyebarkan radikalisme. Dengan adanya internet, radikalisme dapat dengan mudah diakses langsung, terutama oleh generasi muda yang menjadi sasaran utamanya.
Sementara itu, Kasubbag TU Deputi I BNPT Ahadi Wijayanto, M.M. mengungkapkan, pelibatan anak muda untuk menjaga generasi bangsa dari radikalisme merupakan langkap paling efektif. Ia memandang penting langkah merangkul generasi muda dalam upaya penyebaran konten perdamaian.
“Dengan lomba video yang di-uplaod ke Youtube ini adalah salah satu cara menangkal pengaruh bahaya radikalisme dengan konten kreatif dan inovatif,” ungkapnya.
Ahadi juga menegaskan, orang yang terpapar paham radikal itu cenderung tertutup dengan lingkungannya. Biasanya mereka itu, anti bersosialisasi, tidak bergaul bahkan memutuskan hubungan dengan keluarganya.