Jakarta – Pakar Sosial Media (Sosmed) dan Informasi Teknologi (IT) Nukman Luthfie mengungkapkan bahwa di era modern ini, terknologi berkembang terus. Ironisnya yang pertama memanfaatkan perkembangan teknologi itu justru para penjahat, termasuk teroris.
Karena itu, ia meminta duta damai dunia maya Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) harus berperilaku lebih maju dari generasi lain. Hal itu diungkapkan Nukman saat menjadi narasumber talkshow pada Pelatihan Tingkat Lanjut Duta Damai Dunia Maya 2016 di Jakarta, Selasa (22/11/2016).
“Caranya gelatin digital, cari manfaat sebesar-besarnya untuk pahami berbagai hal tentang terorisme. Dengan begitu duta damai dunia maya akan lebih efektif memainkan perannya dalam pencegahan terorisme di dunia maya,” kata Nukman.
Ia memaparkan untuk menjadi duta damai dunia maya dibutuhkan skill dan pengetahuan dalam mengelola website atau sosial media. Contohnya untuk membuat website pencegahan terorisme, harus dibuat konten-konten yang mudah dicari di mesin pencari. Dengan mudah dibaca mesin pencari, konten-konten tersebut pasti akan banyak pengunjung. Intinya, konten-konten itu harus aplikatif, mudah disebar, dan mudah diterima orang.
Nukman juga menerangkan fungsi influencer untuk menjangkau audience. Saat ini, usia yang rentan terkena pengaruh paham radikalisme di dunia maya di usia 15-30 tahun. Dengan begitu, konten yang dibuat harus bisa menyenggol mereka sehingga tidak diabaikan.
“Itu penting. Tapi kita harus meningkatkan follower lebih tinggi untuk memudahkan penyebaran dan melebarkan pengaruh konten yang kita buat. Karena itu, logika saja tidak cukup untuk menjalankan peran duta damai ini, tapi juga butuh dukungan logistik,” ungkap Nukman.
Saat ini, lanjutnya, orang Indonesia ada kecenderungan bombastis. Hal itu pula yang mendasari banyak media mainstream yang ikut-ikutan menjual bombastis. Hanya bedanya, meski bombastis, isinya tetap harus bagus karena dengan itu bisa ditarik pembaca yang banyak.
“Konten sebagus apun kalau tanpa kata kunci yang bagus akan sia-sia. Pertanyaannya, apa kita mau sunyi dengan konten bagus, atau ramai dengan konten bagus? Makanya saat membuat konten harus ada plan a, plan b, dan plan c. BUkan kita mau melacur, tapi kita memahami keinginan publik,” pungkas Nukman.