Jakarta – Para pelaku aksi terorisme di Surabaya dinilai sebagai robot yang hanya ingin merusak nama islam. Penilaian itu disampaikan Wakil Ketua DPR RI Fahri Hamzah.
“Mereka bukan orang Islam, mereka robot yang diprogram untuk misi merusak nama agama Islam secara simbolik,” kata Fahri Hamzah, Selasa (15/5).
Menurut Fahri, biasanya para pelaku menganggap diri membela agama tapi tidak punya rujukan mazhab serta tidak paham bahasa Arab. Bukan itu saja, pelaku teror bom tak beroganisasi, tak terlibat kegiatan sosial maupun politik, serta tidak pernah haji atau umroh.
“Setelah meninggal biasanya baru terungkap hidupnya tertutup, jarang bergaul. Jika perempuan bercadar, dikenal sebagai orang biasa saja, dan lain-lain. Intinya adalah, dia punya dunia sendiri yang tidak pernah tidak terlacak,” jelasnya.
Fahri mengatakan, karena tidak mengerti Islam, para pelaku teror tega menyerang rumah ibadah, membunuh ibu dan anak-anak. Padahal, semua hal itu jelas-jelas dilarang, baik dalam masa perang maupun damai.
“Jika memang mereka ingin mati sebagai syuhada, mengapa menyerang tempat yang diharamkan agama? Mengapa tak menunggu mati di bulan suci?” katanya.
Fahri Hamzah pun menyampaikan ucapan duka yang mendalam atas teror yang terjadi di Surabaya. Dia meminta kepada aparat untuk bertindak tegas dengan menumpas habis sel-sel teroris di Indonesia.