Mataram – Dunia maya telah lama digunakan kelompok radikal untuk menyebarkan ajaran kekerasan berbalut agama, karenanya diperlukan upaya khusus untuk memotong rantai kekerasan itu agar tidak sampai menimbulkan bahaya di tengah masyarakat.
Salah satu misi utama kelompok radikal adalah mencabut masyarakat dari akar budayanya, karenanya perlawanan terhadap radikalisasi perlu melibatkan unsur budaya. Demikian disampaikan oleh Kasubdit Pengawasan dan Kontra Propaganda BNPT, Letkol Pas. Drs. Sujatmiko saat mengisi dialog Pelibatan Masyarakat Dalam Pencegahan Terorisme Melalui Perspektif Sosial Budaya di Ballroom Grand Legi Hotel, Mataram, Selasa (18/10/16).
“Nilai-nilai Budaya harus selalu ditanamkan di masyarakat, baik melalui pendidikan formal maupun non-formal.”
Menurutnya, hal ini penting untuk dilakukan karena budaya mampu membentuk karakter anak bangsa. “Dengan karakter yang kuat, masyarakat tidak akan terpengaruh oleh radikalisme dan terorisme,” lanjutnya.
Selain unsur Budaya, Sujatmiko juga menekankan pentingnya memahami ajaran agama dengan benar, agar masyarakat tahu bahwa terorisme bertentangan dengan agama, dan karenanya harus ditolak.
Ia juga mengajak para peserta dialog untuk lebih mengutamakan rasa kasih sayang terhadap sesama manusia, agar masyarakat tidak mudah terpecah belah.
Terkait dengan radikalisme di dunia maya, Sujatmiko menyebut kelompok radikal terus melakukan cara-cara baru dalam menyebarkan ajaran kekerasan, karenanya ia meminta masyarakat untuk cerdas di dunia maya. Yakni, dengan tidak mudah mempercayai berita atau konten yang diterima sebelum melakukan verifikasi atau crosscheck.