Kasubdit KP Paparkan Sejarah Terorisme Dunia di Depan Calon Duta Damai Sumbar

Padang – Terorisme diciptakan untuk melabelisasi kekerasan yang
dilakukan bisa oleh penguasa, atau sebuah kelompok untuk mencapai
tujuannya. Pernyataan itu diucapkan Kasubdit Kontra Propaganda Badan
Nasional Penanggulangan Terorisme Republik Indonesia (BNPT RI) Kolonel
Cpl Hendro Wicaksono, SH, MKrim, mengawali materi bertema “Sejarah
Terorisme di Dunia” pada kegiatan Regenerasi dan Pelatihan Duta Damai
BNPT RI Regional Sumatera Barat (Sumbar) di Padang, Rabu (29/5/2024).

“Makanya generasi muda harus paham dengan sejarah terorisme. Caranya
dengan belajar agama diusahakan jangan dengan satu guru, bukan berarti
ajarannya tidak benar tapi supaya ada pembanding. Soalnya kalau tidak
ada pembanding, akan lebih mudah mendapatkan doktrin dan akan susah
keluar dari situ,” ujar Hendro.

Contohnya, kata Hendro, ada salah satu remaja di Batam yang belajar
agama di intenet. Ironisnya ia tidak tahu bahwa konten-konten itu oleh
kelompok teroris ISIS. Akhirnya ia terpengaruh dan memboyohg seluruh
keluarganya untuk bergabung dengan khilafah di Suriah. Dia akhirnya
melihat kenyataan pahit di Suriah, beruntung ia berhasil dipulangkan.

Lebih lanjut, Hendro juga mengungkapkan di Sumbar pernah dua kali
terjadi serangan teroris. Pertama serangan berupa rencana pemboman
Masjid Nurul Iman, Kota Padang, tahun 1976 oleh kelompok kepanjangan
dari DI/TII atau sayap militer DI TII bernama Komji atau Komando
Jihad. Kemudian serangan kedua di RS Imanuel di Bukit Tinggi.

Kembal ke materi, Hendro mengungkapkan bahwa fase terorisme terjadi
pada 1789-1927. Ideologi perjuangannya dalah transformasi untuk
membebaskan diri dari pemerintahan monarkhi Kerajaan Prancis.

“Kata terorisme berasal dari Bahasa Prancis le terreur yang semula
dipergunakan untuk menyebut tindakan pemerintah hasil Revolusi Prancis
yang mempergunakan kekerasan secara brutal dan berlebihan dengan cara
memenggal 40.000 orang yang dituduh melakukan kegiatan anti
pemerintah,” jelas Hendro.

Selanjutnya, lanjutnya, kata terorisme dipergunakan untuk menyebut
gerakan kekerasan anti pemerintah di Rusia. Dengan demikian kata
terorisme sejak awal dipergunakan untuk menyebut tindakan kekerasan
oleh pemerintah maupun kegiatan yang anti pemerintah.

Menjelang terjadinya Perang Dunia-I, terjadi hampir di seluruh belahan
dunia. Pada pertengahan abad ke-19, terorisme mulai banyak dilakukan
di Eropa Barat, Rusia dan Amerika. Mereka percaya bahwa terorisme
adalah cara yang paling efektif untuk melakukan revolusi politik
maupun sosial, dengan cara membunuh orang-orang yang berpengaruh. Pada
dekade tersebut, aksi terorisme diidentikkan sebagai bagian dari
gerakan sayap kiri yang berbasiskan ideologi.

Fase kedua terorisme dimulai di Aljazair pada tahun 50an, dilakukan
oleh FLN yang memopulerkan “serangan yang bersifat acak” terhadap
masyarakat sipil yang tidak berdosa. Hal ini dilakukan untuk melawan
apa yang disebut sebagai Terorisme negara oleh Algerian Nationalist.
Pembunuhan dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan keadilan.

Fase ketiga antara 1967-1971 dimana umumnya pelaku terori umumnya
menganut paham kiri seperti komunis. Mereka aktif memperjuangkan
negara terjajah oleh negara lain. Contohnya pembebasan Palestina
didukung kelompok sayap kiri, kemudian ada juga di Jerman dan Jepang.

Sementara fse keempat antara 1984-2014 dengan ideoliogi revolusioner
berdasarkan semangat keagamaan. “Disitu ada kasus Aum Shinri Kyo di
Jepang. Dia menyatukan konsep agama tertentu dan melakukan serangan
gas sarin di kereta api bawahtanah. Kemudian muncul jaringan Alqaeda,
dimana banyak tersebar jaringannya di beberapa negara seperti JI
(Indonesia), Abu Sayyaf (Filipina), Boko Haram (Afrika).

Kemudian ada ISIS yang mengusung doktrin takfiri. Sampai saat ini ISIS
dan Alqaeda masih terus bergerak melakukan menyebarkan pahamnya, baik
secara offline dan online.

“Adik adik ini kita berjihad  agar masyarakat tidak berpengaruh paham
kelompok radikal. Intinya teroris tidak identik dengan agama, cuma apa
yang diperjuangkan itu berbeda seiring dengan berjalannya waktu,”
tandasnya.