Kapolda Sulteng Akui Sulitnya Medan di Hutan Poso Jadi Kendala Perburuan Teroris

Poso – Kepala Kepolisian Daerah (Kapolda) Irjen Polisi Syafril Nursal, mengaku kesulitan memburu anggota kelompok Mujahidin Indonesia Timur (MIT) Poso dan partisipannya. Kesulitan dalam operasi pemberantasan teroris Poso itu, kata Kapolda Syafril, dipengaruhi faktor wilayah atau medan berbukit dan hutan luas.

“Kesulitan kita medannya sementara terduga pelaku teroris berada di daerah itu,” ungkap Syafril, dikutip Tribunnews.com, Kamis (2/1).

Meski operasi pemberantasan terhambat medan, namun Kapolda Syafril menegaskan bahwa hal itu tidak mengendorkan presure personel di lapangan. Diketahui, saat ini jumlah DPO yang masih diburu dan diduga masih berkeliaran di sejumlah daerah di Sulawesi Tengah sebanyak 10 orang.

Sebelumnya, Kapolda Syafril Nursal, berjanji bakal memburu semua anggota teroris Mujahidin Indonesia Timur (MIT) Poso, sampai tuntas.

“Operasi (perburuan MIT Poso, red) tidak akan pernah berhenti sampai pelaku terorisme habis,” tegas Kapolda Syafril.

Pemberantasan teroris MIT Poso dalam Operasi Tinombala itu melibatkan pasukan gabungan dari sejumlah kesatuan. Di akhir tahun 2019, Operasi Tinombala itu kembali diperpanjang atas persetujuan Kapolri Idham Azis.

Wilayah Operasi Tinombala berada di wilayah Kabupaten Poso, sebagian ada di Kabupaten Parigi Moutong dan sebagian wilayah Kabupaten Sigi.

“Operasi Tinombala sudah diperpanjang lagi, untuk keterlibatan personel tidak boleh kita sampaikan,” kata Kapolda Syafril.

Di akhir Desember 2019 lalu, Satgas Tinombala berhasil menangkap 5 orang yang diduga akan bergabung dengan kelompok teroris Mujahidin Indonesia Timur (MIT) Poso.

Kapolda Sulteng mengatakan, ke-5 orang yang ditangkap itu diduga akan naik ke hutan Poso tempat persembunyian Kelompok MIT Poso pimpinan Ali Kalora.