Semarang – Penangkapan dua orang terduga teroris di Kabupaten Temanggung, Kamis (1/2/2018) kemarin bukan yang pertama terjadi di wilayah tersebut.
Sebelumnya, beberapa tahun sebelumnya, juga pernah terjadi penangkapan di sana. Meski demikian, Kapolda Jateng, Irjen Pol Condro Kirono, menampik bahwa kabupaten tersebut merupakan tempat yang rawan dengan persembunyian pelaku terorisme.
“Kami sudah melakukan pemetaan, namun memang mereka sifatnya dinamis, bergerak, Temanggung pun bukan serta merta dia menetap di sana, ada juga di Boyolali, Banyumas, jadi saya imbau semua satuan kewilayahan untuk waspada,” jelas Condro Kirono, Jumat (2/2/2018) sepert dikutip Tribunnews.com.
Pihaknya akan terus mendeteksi dan melakukan pemetaan. Salah satunya dengan cara merangkul mantan terpidana terorisme yang sudah selesai menjalani masa tahanan.
“Mereka yang selesai masa penahanan dan dikembalikan ke rumah masing-masing itu kami lakukan pendekatan juga supaya bisa diterima oleh masyarakat kembali, tidak kita pisahkan namun kami dekatkan dengan TNI, Pemda, difasilitasi untuk mereka bisa bekerja dan sebagainya,” imbuh Condro.
Dengan demikian kepolisian bisa terus memantau dan bertukar informasi dengan para eks terpidana teroris tersebut.
“Untuk para teroris yang ‘tidak terlihat’ kami juga mendapat informasi dari Densus, makanya bisa melakukan penangkapan DPO-DPO yang melakukan tindak pidana terorisme waktu yang lampau,” bebernya.
Sebagai pencegahan paham radikalisme dan terorisme, Condro memaparkan telah membekali babhinkamtibmas untuk melakukan pendekatan keagamaan di masyarakat.
Dengan demikian diharapkan ideologi-ideologi radikal yang mengatasnamakan agama bisa dipantau anggota polisi di setiap desa. “Namun ideologi ini memang tertutup dan eksklusif, itu yang menjadi kendala, meski secara terbuka, kami juga sudah mensosialisasikan,” ucapnnya.