Baghdad – Kelompok pejuang Suriah yang didukung Amerika Serikat (AS) telah mendekati kantong perlawanan terakhir ISIS. Selain itu juga disebutkan bahwa anggota kelompok ekstrimis yang tersisa semakin putus asa. Hal itu diungkapkan oleh militer AS.
Serangan terakhir terhadap ISIS di Suriah yang dijuluki “Operasi Roundup” telah dimulai tiga minggu lalu oleh Pasukan Demokrat Suriah atau SDF. Pasukan ini adalah koalisi pejuang Arab dan Kurdi yang dilatih, diperlengaki dan diarahkan oleh AS.
“Ketika ISIS mundur, mereka menggunakan perangkat peledak improvisasi di sepanjang rute dan rumah-rumah jebakan untuk menimbulkan korban ketika para pejuang SDF menerobos medan,” kata Kolonel Sean Ryan, juru bicara militer AS di Baghdad seperti dikutip dari Washington Examiner, Rabu (3/10/2018).
Ia mengatakan ISIS telah menembakkan mortir tanpa pandang bulu untuk mengalihkan perhatian pasukan yang mengejar.
“Taktik ini jelas menunjukkan keputusasaan ISIS yang semakin meningkat ketika SDF perlahan-lahan mendekati kelompok terakhir yang tersisa di Suriah,” ujarnya.
AS mengatakan anggota ISIS tidak punya tempat untuk lari, dan secara metodis ditangkap atau dibunuh pejuang anti-ISIS. Lebih dari 2.300 laki-laki perempuan dan anak-anak telah ditahan oleh pasukan SDF, termasuk sekitar 700 pejuang laki-laki dewasa.
Pertempuran itu berpusat di Lembah Sungai Eufrat Tengah Suriah, atau MERV, dekat perbatasan Irak di timur jauh negara itu. Dalam seminggu terakhir, dua kota lainnya telah dibebaskan oleh SDF ketika mereka bergerak ke utara.
“Biar saya perjelas: ISIS belum dikalahkan,” kata Ryan, menambahkan bahwa pejuang ISIS tengah berada dalam pergolakan akhir dalam memburu ambisi jahatnya.