Jakarta – Gerakan LP2M UIN Kiai Haji Achmad Siddiq Jember secara resmi meluncurkan program “Kampung Moderasi Beragama” yang diadakan di Masjid Baitur Rahman.
Sebagai pilot project, adalah Desa Sumberjati, Kecamatan Silo, Jember.
Selain itu peluncuran buku “Pelangi Damai: Petualangan Moderasi Beragama di Lereng Gunung Raung” serta peresmian kerambah ikan di Daerah Aliran Moderasi (DAM) juga dilakukan secara bersamaan.
Acara tersebut dihadiri oleh berbagai tokoh penting, termasuk pimpinan UIN Kiai Haji Achmad Siddiq Jember, seperti Dr. H. Khairul Faizin, M.Ag, Dr. H. Ainur Rafik, M.Ag, dan Dr. Zainal Abidin, M.S.I.
Selain itu, turut hadir Camat Silo Drs. Joni Pelita Kurniawansyah, M.Si, Kapolsek Silo AKP. M. Na’i, S.Pd.I, dan Danramil yang diwakili oleh Bati Wanwil, Bapak Hariyanto.
Tokoh agama dan masyarakat, seperti Kasubag TU Kemenag Dr. Ahmad Tholabi, M.HI, Kepala KUA Silo Mulyadi, S.HI, M.Ag, Ketua IPARI Jember Cecep Hendrik Adiatna, S.Ag, Romo John dari Gereja Katolik, serta perwakilan NU dan Muhammadiyah, juga turut hadir.
Tidak hanya itu saja, siswa-siswa dari Kecamatan Silo hadir dengan penuh antusias.
Kegiatan pra-acara juga dimeriahkan dengan senam Moderasi Beragama di depan Gereja Katolik Santo Agustinus Sumberjati.
Dalam sambutannya, Dr. Zainal Abidin, M.S.I, menjelaskan bahwa program Kampung Moderasi Beragama ini adalah upaya bersama untuk menguatkan toleransi dan kerukunan antar umat beragama.
“Kegiatan kami di LP2M dimulai sejak April 2024 dengan pendampingan tentang moderasi beragama, dilaksanakan di berbagai tempat seperti kantor desa, masjid, dan gereja. Ini menunjukkan ikhtiar kami untuk menguatkan moderasi beragama di Desa Sumberjati,” katanya, Rabu (18/9).
Selain itu ia uga memperkenalkan buku “Pelangi Damai” sebagai salah satu best practice moderasi beragama.
Hal ini menunjukkan bagaimana umat beragama di Desa Sumberjati tidak hanya hidup berdampingan tetapi juga bekerja sama dengan baik.
Selain itu, Dr. Zainal menjelaskan tentang peresmian kerambah ikan dengan penebaran 4.200 benih ikan nila sebagai simbol integrasi aspek sosial dan ekonomi dalam moderasi beragama yang dilakukan di akhir acara.
“Kegiatan terkait moderasi beragama tidak hanya berkaitan dengan masalah keagamaan saja, tetapi juga memperkuat dimensi sosial yang lainnya,” jelasnya.