Seorang peneliti Universitas Nasional Australia (ANU) ditemukan tewas di toilet Bandara Istanbul, Turkey. Otoritas setempat menyimpulkan penyebab kematian wanita tersebut adalah karena bunuh diri.
Jacky Sutton, 50, yang juga mantan jurnalis BBC itu ditemukan tewas di toilet Bandara Istanbul, Turkey pada Sabtu (17/10) kemarin. Kantor Kementerian Luar Negeri dan Commonwealth, Inggris memastikan, Jacky Sutton yang berkewarganegaraan Inggris itu dipastikan tewas di Istanbul. Media Turki melaporkan Sutton melakukan bunuh diri, setelah ketinggalan penerbangannya dan tidak mampu membeli tiket pesawat yang baru.
Meski demikian, keluarga dan teman-teman mereka mempertanyakan bagaimanaa otoritas lokal bisa mengambil kesimpulan secepat itu. Sutton merupakan sarjana peneliti di Pusat Kajian Arab dan Islam di ANU, Canberra. Rekan dan kolega Sutton di ANU, Susan Hutchinson kepada ABC mengatakan dirinya sangat terkejut atas kabar tewasnya Sutton, dan tidak mempercayai rekannya tewas karena bunuh diri.
“Saya tidak yakin dia akan melakukan bunuh diri…saya sangat skeptis dengan laporan itu. saya kira perlu dilakukan penyelidikan mendalam terkait penyebab kematian rekan saya tersebut,”
“Saya berharap Kementerian Luar Negeri Inggris diberikan akses penuh untuk bisa melakukan penyelidikan mengenai situasi yang menyebabkan Jacky tewas…dan saya harap penyelidikan itu dilakukan sesuai standar internasional dan setransparan mungkin,”
Hutchinson mengatakan dia berbicara dengan Jaccky satu bulan yang lalu dan dia tidak menunjukan tanda-tanda sama sekali kalau sedang memiliki kesehatan mental.
“Dia telah bekerja di Kurdistan dan karenanya dia perlu melakukan perjalanan ke Irak terutama … dia telah mengalami beberapa masalah dengan proses itu dan kami prihatin tentang seberapa sering seharusnya dia melakukan perjalanan kesana, “kata Hutchinson.
Sutton saat ini menjabat sebagai Direktur Institut Perang dan Pelaporan Perdamaian di Irak. Orang yang memegang posisi sebelumnya, Ammar Al Sha, tewas dalam serangan bom mobil di Baghdad pada bulan Mei. Hutchinson mengatakan Sutton pernah bekerja dengan warga Irak dan Kurdistan baik pria maupun wanita yang berasal dari beragam latar belakang etis dan agama.
“Baru-baru ini, organisasi yang dia pimpin dengan melakukan upaya melawan pesan anti-wanita dari ISIS,” katanya.
“Saya pikir itu benar-benar penting untuk merefleksikan pekerjaan … dalam konteks ada fakta lain bahwa pendahulunyayang juga melakukan pekerjaan yang sama dengan dia juga tewas dalam bom mobil.”
Hutchinson mengatakan selama karirnya, Sutton sangat bekerja keras untuk memberdayakan perempuan dan laki-laki agar dapat mengupayakan terjadinya perubahan positif, perdamaian dan demokrasi di komunitasnya.
“Dia meninggalkan warisan yang sangat luar biasa, terutama ..dalam isu advokasi komunitas, dan isu seputar perempuan didalam perang, perempuan, perdamaian dan keamanan,” katanya.
“Dia mewariskan kita semangat untuk mewujudkan kerja kerasanya, pesan yang disebarkan adalah setiap orang perlu berkontribusi untuk upaya tersebut,”
Sutton hjuga pernah menulis di kolom opini ABC, The Drum.
Sumber : TribunNews